Selasa, 17 Maret 2009

METODE PENDOKUMENTASIAN

PENDAHULUAN
Dalam melakukan setiap asuhan, setiap tenaga kesehatan terutama bidan harus mencatat setiap tindakan yang dilakukan. Didalamnya juga terdapat catatan perkembangan klien, juga sebagai salah satu alat informasi antara tim kesehatan di ruangan. Dokumentasi juga perlu untuk dijadikan salah satu bahan bukti apabila terjadi sesuatu pada klien.

URAIAN MATERI
SOAPIER
S Data Subjektif : Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa.
Pada orang yang bisu, di bagian data di belakang “S” diberi tanda “0” atau “X” ini menandakan orang itu bisu. Data subyektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
O Data Objektif : Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan dignosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG, USG, dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.
A Analisa/assessment = pengkajian :
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah sesuatu proses yang dinamik. Sering menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin sesuatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
P Plan/Planning = perencanaan : membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang, ini untuk mengusahakan mencapai kondisi pasien sebaik mungkin atau menjaga /mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus mendukung rencana dokter jika melakukan kolaborasi.
I Intervensi/implementasi : pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah, keluhan, atau mencapai tujuan pasien (persalinan). Tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Oleh karena itu, pilihan pasien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini. Apabila kondisi pasien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.
E Evaluasi : tafsiran dari efek tentang tindakan yang telah diambil adalah penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan. Kalau tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat mencapai tujuan.
R Revisi : komponen evaluasi dapat menjadi indikasi perlunya perubahan dari intervensi dan tindakan. Dalam hal ini, revisi rencana keperawatan akan berguna. Perubahan ini meliputi revisi diagnosa dan memodifikasi tujuan yang diharapkan. Jika diperlukan, target waktu untuk mencapai tujuan harus terus direvisi ulang.

SOAPIED
S Data Subjektif : Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa.
Pada orang yang bisu, di bagian data di belakang “S” diberi tanda “0” atau “X” ini menandakan orang itu bisu. Data subyektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
O Data Objektif : Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan dignosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG, USG, dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.
A Analisa/assessment = pengkajian :
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah sesuatu proses yang dinamik. Sering menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin sesuatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
P Plan/Planning = perencanaan : membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang, ini untuk mengusahakan mencapai kondisi pasien sebaik mungkin atau menjaga /mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus mendukung rencana dokter jika melakukan kolaborasi.
I Intervensi/implementasi : pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah, keluhan, atau mencapai tujuan pasien (persalinan). Tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Oleh karena itu, pilihan pasien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini. Apabila kondisi pasien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.
E Evaluasi : tafsiran dari efek tentang tindakan yang telah diambil adalah penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan. Kalau tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat mencapai tujuan.
D Dokumentasi :

SOAPIE
S Data Subjektif : Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa.
Pada orang yang bisu, di bagian data di belakang “S” diberi tanda “0” atau “X” ini menandakan orang itu bisu. Data subyektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
O Data Objektif : Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan dignosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG, USG, dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.
A Analisa/assessment = pengkajian :
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah sesuatu proses yang dinamik. Sering menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin sesuatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
P Plan/Planning = perencanaan : membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang, ini untuk mengusahakan mencapai kondisi pasien sebaik mungkin atau menjaga /mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus mendukung rencana dokter jika melakukan kolaborasi.
I Intervensi/implementasi : pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah, keluhan, atau mencapai tujuan pasien (persalinan). Tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Oleh karena itu, pilihan pasien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini. Apabila kondisi pasien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.
E Evaluasi : tafsiran dari efek tentang tindakan yang telah diambil adalah penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan. Kalau tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat mencapai tujuan.

Keuntungan
 Terstruktur, karena informasi konsisten.
 Mencakup semua proses asuhan.
 Merupakan catatan terintegrasi dengan medik
 Mudah dipakai untuk mengendalikan mutu

SOAP
Metode pendokumentasian SOAP
SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis. Pencatatan ini dipakai untuk mendokumentasikan asuhan kebidanan.
4 (empat) langkah dalam metode ini adalah ini secara rinci adalah sebagai berikut:
S Data Subjektif :
Merupakan informasi yang diperoleh langsung dari klien. Informasi tersebut dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa.
O Data Objektif :
Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan pada waktu pemeriksaan termasuk juga hasil pemeriksaan laboratorium, USG, dll. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.
A Analisa/assessment :
Merupakan kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subjektif dan data objektif yang didapatkan.
Merupakan suatu proses yang dinamik, meliputi:
 Diagnosa
 Antisipasi diagnosa/masalah potensial
 Perlunya tindakan segera
(Langkah 2,3,4 dalam manajemen varney)
P Plan/Planning = perencanaan :
Merupakan perencanaan pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kesimpulan yang dibuat ( berdasarkan langkah 5,6,7 pada manajemen varney)
Alasan pemakaian SOAP dalam pendokumentaian Asuhan kebidanan, yaitu:
1. SOAP merupakan pencatatan yang memuat kemajuan informasi yang sistematis, mengorganisasikan penemuam kesimpulan sehingga terbentuk suatu rencana asuhan.
2. SOAP merupakan intisari dari manajemen kebidanan untuk penyediaan pendokumentasian.
3. SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat embantu bidan mengorganisasikan pikiran dalam pemberian asuhan yang bersifat komprehensif.

LATIHAN
Kasus 1 : ( seorang ibu hamil datang ke BPS anda )
Saya merasakan mules-mules dan nyeri pada pinggang sejak 4 jam yang lalu disertai keluar lendir campur darah. Sekarang saya sedang hamil anak pertama. Seminggu yang saya periksa ke bidan katanya umur kehamilan saya 37 minggu.
Setelah melakukan anamnese secara lengkap kemudian bidan melakukan pemeriksaan sehingga ditemukan hasil:Keadaan umum ibu :baik,TTV:dbn, TFU:30 cm,puki,kepala sudahmasuk PAP 3/5, Djj: (+) frekwensi 146x/menit, his 3x/10 menit lama <40 detik teratur.PD:pembukaan 4 cm, portio tipis lunak,ketuban (+),u2k kiri depan, kep H III.
Tugas : laukan pendokumentasian pada kasus diatas dengan menggunakan metode SOAP!

MODEL PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

Model Pendokumentasian ada 5, yaitu :
1) POR (Problem Oriented record)
Pendekatan orientasi masalah pertama kali dikenalkan oleh Dr. Lawrence Weed tahun 1960 dari Amerika Serikat yang kemudian disesuaikan pemakaiannya oleh perawat. Dalam format aslinya pendekatan orientasi masalah ini dibuat untuk memudahkan pendokumentasian dengan catatan perkembangan yang terintegritas dengan sistem ini semua tim petugas kesehatan mencatat observasinya dari suatu daftar masalah. Pelaksanaan dari Pendekatan Orientasi Masalah ini (PORS), dapat disamakn dengan membuat satu sebagai bab-bab dari buku-buku tersebut.
Beberapa istilah yang berhubungan dengan sistem pencatatan ini yaitu :
PORS : Problem Oriented Record, juga dikenal sebagai orientasi pada masalah
POR : Problem Oriented Record
POMR : Problem Oriented Medical Record
PONR : Problem Oriented Nursing Record, yaitu Metode untuk menyusun data pasien yang diatur untuk mengidentifikasikan masalah keperawatan dan medik
Model ini memusatkan data tentang klien didokumentasikan dan disusun menurut masalah klien. Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian layanan kepada klien. Model dokumentasi ini terdiri dari empat komponen, yaitu :
a) Data Dasar
Data dasar berisi semua informasi yang telah dikaji dari klien ketika pertama kali masuk Rumah Sakit. Data dasar mencakup pengkajian keperawatan, riwayat penyakit/kesehatan, pemeriksaan fisik, pengkajian ahli gizi dan hasil laboratorium. Data dasar yang telah terkumpul selanjutnya digunakan sebagai sarana mengidentifikasi masalah klien
b) Daftar Masalah
Daftar masalah berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi dari data dasar. Selanjutnya masalah disusun secara kronologis sesuai tanggal identifikasi masalah. Daftar masalah ditulis pertama kali oleh tenaga yang pertama bertemu dengan klien atau orang yang diberi tanggung jawab. Daftar masalah ini dapat mencakup masalah fisiologis, psikologis, sosio kultural, spiritual, tumbuh kembang, ekonomi dan lingkungan. Daftar ini kultural, spiritual, tumbuh kembang, ekonomi dan lingkungan. Daftar ini berada pada bagian depan status klien dan tiap masalah diberi tanggal, nomor, berada pada bagian depan status klien dan tiap masalah diberi tanggal, nomor, dirumuskan dan dicantumkan nama orang yang menemukan masalah tersebut.
c) Daftar Awal Rencana Asuhan
Rencana asuhan ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah. Dokter menulis instruksinya, sedang perawat menulis instruksi keperawatan atau rencana asuhan keperawatan.
d) Catatan Perkembangan (Progress Notes)
Progress Notes berisikan perkembangan/kemajuan dari tiap – tiap masalah yang telah dilakukan tindakan dan disusun oleh semua anggota yang terlibat dengan menambahkan catatan perkembangan pada lembar yang sama. Beberapa acuan progress note dapat digunakan antara lain :
SOAP (Subyektif data, Obyektif data, Analisis/Assesment dan Plan)
SOAPIER (SOAP ditambah Intervensi, Evaluasi dan Revisi)
PIE (Problem – Intervensi – Evaluasi)

Keuntungan
1) Fokus catatan asuhan keperawatan lebih menekankan pada masalah klien dan proses penyelesaian masalah dari pada tugas dokumentasi
2) Pencatatan tentang kontinuitas dari asuhan keperawatan
3) Evaluasi dan penyelesaian masalah secara jelas dicatat. Data disusun berdasrakan masalah yang spesifik
4) Daftar masalah merupakan “checklist” untuk diagnosa keperawatan dan untuk masalah klien. Daftar masalah tersebut membantu mengingatkan perawat untuk suatu perhatian
5) Data yang perlu diintervensi dijabarkan dalam rencana tindakan keperawatan

Kerugian
1) Penekanan pada hanya berdasarkan amalah, penyakit dan ketidak mampuan dapat mengakibatkan pada pendekatan pengobatan yang negatif
2) Kemungkinan adanya kesulitan jika daftar masalah belum dilakukan tindakan atau timbulnya masalah yang baru
3) Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus masuk dalam daftar masalah
4) SOAPIER dapat menimbulkan pengulangan yang tidak perlu, jika sering adanya target evaluasi dan tujuan perkembangan klien sangat lambat
5) Perawatan yang rutin mungkin diabaikan dalam pencatatan jika flowsheet untuk pencatatan tidak tersedia
6) P (dalam SOAP) mungkin terjadi duplikasi dengan rencana tindakan keperawatan

2) SOR (Source Oriented record)
Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola pencatatan. Bagian penerimaan klien mempunyai lembar isian tersendiri, dokter menggunakan lembar untuk mencatat instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan penyakit, perawat menggunakan catatan keperawatan, begitu pula disiplin lain mempunyai catatn masing-masing.
Catatan berorientasi pada sumber terdiri dari lima komponen, yaitu :
a) Lembar penerimaan berisi biodata
b) Lembar order dokter
c) Riwayat medik/penyakit
d) Catatan perawat
e) Catatan dan laporan khusus
Keuntungan :
a) Menyajikan data yang secara berurutan dan mudah diidentifikasi
b) Memudahkan perawat untuk secara bebas bagaimana informasi akan dicatat
c) Format dapat menyederhanakan proses pencatatan masalah, kejadian, perubahan, intervensi dan respon klien atau hasil

Kerugian :
a) Potensial terjadinya pengumpulan data yang terfragmentasi karena tidak berdasarkan urutan waktu
b) Kadang-kadang mengalami kesulitan untuk mencari data sebelumnya, tanpa harus mengulang pada awal
c) Superficial pencatatan tanpa data yang jelas
d) Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan masalah dan tindakan kepada klien
e) Waktu pemberian asuhan memerlukan waktu yang banyak
f) Data yang berurutan mungkin menyulitkan dalam interpretasi/analisa
g) Perkembangan klien sulit di monitor

3) CBE (Charting By Exeption)
CBE adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif hasil atau penemuan yang menyimpang dari keadaan normal atau standar. Keuntungan CBE yaitu mengurangi penggunaan waktu untuk mencatat sehingga lebih banyak waktu untuk asuhan langsung pada klien, lebih menekankan pada data yang penting saja, mudah untuk mencari data yang penting, pencatatan langsung ketika memberikan asuhan, pengkajian yang terstandar, meningkatkan komunikasi antara tenaga kesehatan, lebih mudah melacak respons klien dan lebih murah. CBE mengintegrasikan 3 komponen penting, yaitu :
a) Lembar alur (flowsheet)
b) Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik
c) Formulir diletakkan di tempat tidur klien sehingga dapat segera digunakan untuk pencatatan dan tidak perlu memindahlan data

Keuntungan :
a) Tersusunnya standar minimal untuk pengkajian dan intervensi
b) Data yang tidak normal nampak jelas
c) Data yang tidak normal secara mudah ditandai dan dipahami
d) Data normal atau respon yang diharapkan tidak menganggu informasi lain
e) Menghemat waktu karena catatan rutin dan observasi tidak perlu dituliskan
f) Pencatatan dan duplikasi dapat dikurangi
g) Data klien dapat dicatat pada format klien secepatnya
h) Informasi terbaru dapat diletakkan pada tempat tidur klien
i) Jumlah halaman lebuh sedikit digunakan dalam dokumentasi
j) Rencana tindakan keperawatan disimpan sebagai catatan yang permanen

Kerugian
a) Pencatatan secara narasi sangat singkat. Sangat tergantung pada “checklist”
b) Kemungkinan ada pencatatan yang masih kosong atau tidak ada
c) Pencatatan rutin sering diabaikan
d) Adanya pencatatan kejadian yang tidak semuanya didokumentasikan
e) Tidak mengakomodasikan pencatatan disiplin ilmu lain
f) Dokumentasi proses keperawatan tidak selalu berhubungan dengan adanya suatu kejadian

Pedoman Penulisan CBE
a) Data dasar dicatat untuk setiap klien dan disimpan sebagai catatan yang permanen
b) Daftar diagnosa keperawatan disusun dan ditulis pada waktu masuk rumah sakit dan menyediakan daftar isi untuk semua diagnosa keperawatan
c) Ringkasan pulang ditulis untuk setiap diagnosa keperawatan pada saat klien pulang
d) SOAPIER digunakan sebagai catatan respon klien terhadap intervensi melalui tempat tinggal klien
e) Data diagnosa keperawatan dan perencanaan dapat dikembangkan
f) Kartu KARDEKS dan rencana tindakan dikembangkan setiap klien

4) Kardeks
Sistem ini terdiri dari serangkaian kartu yang disimpan pada indeks file yang dapat dengan mudah dipindahkan yang berisikan informasi yang diperlukan untuk asuhan setiap hari. Informasi yang terdapat dalam kardeks meliputi : data demografi dasar, diagnosis medik utama, instruksi dokter terakhir yang harus dilaksanakan perawat, rencana asuhan keperawatan tertulis 9digunakan jika rencana formal tidak ditemukan dalam catatan klien), instruksi keperawatan, jadwal pemeriksaan dan prosedur tindakan, tindak pencegahan yang dilakukan dalam asuhan keperawatan serta faktor yang berhubungan dengan kegiatan hidup sehari-hari. Karena sering ditulis dengan pensil kecuali jika kardeks digunakan sebagai bagian permanen dari catatan klien. Potter dan Perry (1989) menekankan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan rencana asuhan pada kardeks, yaitu : rencana asuhan ditulis ketika perawat :
a) Membahas tentang masalah kebutuhan klien
b) Melakukan rode setelah identifikasi atau peninjauan masalah klien
c) Setelah diskusi dengan anggota tim kesehatan lain yang bertanggung jawab terhadap klien
d) Setelah berinteraksi dengan klien dan keluarganya
Dalam kardeks harus ditulis tentang data pengkajian keperawatan yang berhubungan diagnostik, instruksi (observasi yang harus dilakukan, prosedur terkait dengan pemulihan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, cara khusus yang digunakan untuk mengimplementasikan tindakan keperawatan, melibatkan keluarga dan perencanaan pulang serta hasil yang diharapkan.
Keuntungan menggunakan sistem kardeks karena memungkinkan mengkomunikasikan informasi yang berguna kepada sesama anggota tim keperawatan tentang kebutuhan unik klien terkait, diit, cara melakukan tindakan penanggulangan, cara meningkatkan peran serta klien atau waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan keperwatan tertentu.
Kelemahan dari sistem kardeks, yaitu informasi dalam kardeks hanya terbatas untuk tim keperawatan saja dan tidak cukup tempat untuk menulis rencana keperawatan bagi klien dengan banyak masalah.

5) Komputerisasi
Sistem dokumentasi dengan menggunakan komputer sudah makin luas digunakan di Rumah sakit dan instruksi pelayanan kesehatan terutama di negara yang telah berkembang. Perawat adalah pemakai utama sistem yang mengintegrasikan semua sumber informasi ini, serta memungkinkan semua tenaga kesehatan untuk dapat menggunakan informasi tersebut.
Keuntungan menggunakan sistem dokumentasi dengan komputer antara lain memudahkan perawat merencanakan asuhan keperawatan, dapat mengevaluasi dan memperbarui informasi setiap saat, memanggil data yang sesuai dengan diagnosis keperawatan tertentu, serta mengurangi penggunaan berbagai flowsheet. Hanya kelemahan dari sistem dokumentasi dengan menggunakan komputer adalah dalam menjaga kerhasiaan informasi klien. Karena makin mudah menggunakan komputer, makin mudah pula untuk menyalahgunakan.

LATIHAN

TEKNIK DOKUMENTASI

Teknik pendokumentasian ada 2, yaitu :
I. Naratif
Bentuk naratif merupakan pencatatan tradisional dan bertahan paling lama serta merupakan sistem pencatatan yang fleksibel. Karena suatu catatan naratif dibentuk oleh sumber asal dari dokumentasi maka sering dirujuk sebagai dokumentasi berorientasi pada sumber. Sumber atau asal dokumentasi dapat siapa saja dari petugas kesehatan yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi. Setiap narasumber memberikan, hasil observasinya, menggambarkan aktifitas dan evaluasinya yang unik. Cara penulisan ini mengikuti dengan ketat urutan kejadian/kronologis. Biasanya kebijakan institusi menggariskan siapa mencatat/melaporkan apa, bagaimana sesuatu akan dicatat dan harus dicatat dimana. Ada lembaga yang menetapkan bahwa setiap jenis petugas kesehatan harus mencatat di formulir yang telah dirancang khusus, misalnya catatan dokter, catatan perawat atau fisioterapi atau petugas gizi. Ada juga institusi yang membuat rancangan format yang dapat dipakai untuk semua jenis petugas kesehatan dan semua catatan terintegrasi dalam suatu catatan. Berhubung sifat terbukanya catatan naratif (orientasi pada sumber data) sehingga dapat digunakan pada setiap kondisi klinis. Tidak adanya struktur yang harus diakui memungkinkan bidan/perawat mendokumentasikan hasil observasinya yang relevan dan kejadian secara kronologis.

Keuntungan catatan naratif
1) Pencatatan secara kronologis memudahkan penafsiran secara berurutan dari kejadian dari asuhan/tindakan yang dilakukan
2) Memberi kebebasan kepada bidan untuk mencatat menurut gaya yang disukainya
3) Format menyederhanakan proses dalam mencatat masalah, kejadian perubahan, intervensi, rekasi pasien dan outcomes

Kelemahan catatan naratif
1) Cenderung untuk menjadi kumpulan data yang terputus-putus, tumpang tindih dan sebenarnya catatannya kurang berarti
2) Kadang-kadang sulit mencari informasi tanpa membaca seluruh catatan atau sebagian besar catatan tersebut
3) Mengabdikan sistem menguburkan pesanan dimana mencatat masalah pasien secara suferpisial/dangkal daripada mengupasnya secara mendalam
4) Perlu meninjau catatan dari seluruh sumber untuk mengetahui gambaran klinis pasien secara menyeluruh
5) Dapat membuang banyak waktu karena format yang polos menuntun pertimbangan hati-hati untuk menentukan informasi yang perlu dicatat setiap pasien
6) Kronologis urutan peristiwa dapat mempersulit interpretasi karena informasi yang bersangkutan mungkin tidak tercatat pada tempat yang sama
7) Mengikuti perkembangan pasien bisa menyita banyak waktu

Kalau di tempat institusi tempat anda bekerja secara tradisi menggunakan metoda pencatatan naratif dan anda belum sempat mengembangkan format dengan metode pencatatan yang baru untuk dokumentasi asuhan kebidanan dengan pendekatan Manajemen Kebidanan yang berdasarkan pendekatan pemecahan masalah, ada baiknya anda memperhatikan beberapa hal dalam pencatatan naratif ini, yaitu :
1) Pakai terminologi yang sudah lazim dipakai, misalnya : pengkajian, perencanaan, diagnosa, prognosa, evaluasi dan lain-lain
2) Dalam pencatatan perhatikan langkah-langkah : kumpulkan data subjektif, data objektif, kaji kebutuhan pasien dan tentukan diagnosa, prognosa, kemudian buat perencanaan asuhan/tindakan dengan memberi batasan waktu untuk pencapaian hasil yang diprediksi/perkembangan yang diharapkan atau waktu untuk evaluasi, laksanakan rencana itu dan perhatikan perkembangan pasien atau responnya terhadap tindakan kebidanan/keperwatan kemudian evaluasi sesuai rencana yang ditetapkan, kaji ulang seluruh proses dan revisi rencana kalau dinilai perlu
3) Tulis, perbaiki/sempurnakan dan pertahankan rencana asuhan sebagai bagian dari catatan anda
4) Buat penilaian anda secara periodik dan monitor kondisi fisik dan psikologis pasien dan tindakan perawatan misalnya melaksanakan rencana medik/dokter, penyuluhan pasien dan perkembangan pasien
5) Catat semua pernyataan evaluasi pada saat tertentu misalnya waktu masuk, pindah pulang atau pada saat adanya perubahan situasi/kondisi

II. Flow sheet /checklist
Flow sheet memungkinkan perawat untuk mencatat hasil observasi atau pengukuran yang dilakukan secara berulang yang tidak perlu ditulis secara naratif, termasuk data klinik klien tentang tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu), berat badan, jumlah masukan dan keluaran cairan dalam 24 jam dan pemberian obat. Flow sheet yang biasanya dipakai adalah catatan klinik, catatan keseimbangan cairan dalam 24 jam, catatan pengobatan catatan harian tentang asuhan keperawatan. Flow sheet merupakan cara tercepat dan paling efisien untuk mencatat informasi. Selain itu tenaga kesehatan akan dengan mudah mengetahui keadaan klien hanya dengan melihat grafik yang terdapat pada flow sheet. Oleh karena itu flow sheet lebih sering digunakan di unit gawat darurat, terutama data fisiologis.
Lembar alur yang unik, berupa kesimpulan penemuan , termasuk flowsheet instruksi dokter/perawat, grafik, catatan pendidikan dan catatan pemulangan klien. Rangkaian informasi dalam sistem pendekatan orientasi masalah. Catatan ini dirancang dengan format khusus pendokumentasian informasi mengenai setiap nomor dan judul masalah yang sudah terdaftar.
Flow sheet sendiri berisi hasil observasi dan tindakan tertentu. Beragam format mungkin digunakan dalam pencatatan walau demikian daftar masalah, flowsheet dan catatan perkembangan adalah syarat minimal untuk dokumentasi pasien yang adekuat/memadai.

KONSEP DOKUMENTASI

Sumber Pustaka : :
1. Varney, H. 1997. Varney’s Midwifery. FA Davis Company. Philadelelpia
2. Kusnadi, D. Dokumentasi Catatan Medik (rekam medis) Rumah Sakit.
3. Depkes RI (pusdiknakes). 2001. Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta
4. Lawintono,L. 2000. Dokumentasi Kebidanan. St Carolus. Jakarta

Pendahuluan
Menejemen kebidanan merupakan metode atau bentuk pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sehingga langkah-langkah dalam menejemen kebidanan merupakan alur piker bidan dlam pemecahan masalah atau pengembalan keputusan klinis. Asuhan yang dilakuakn yang dilakukan harus dicatat secara benar, sederhana, jelas, dan logis sehingga perlu suatu metode pendokumentasian.
Dokumentasi ini peril karena dapat digunakan sebagai bahan untuk mempertanggung jawabkan tindakan yang dilakukan dan juga bila ada kejadian gugatan, maka dokumentasi kebidanan dapat membentu.
Bidan sebagai tenaga kesehatan dan pelaksana asuhan kebidanan bidan wajib mencatat dan melaporkan kegiatannya yang dokumentasinya harus tersimpan dengan baik. Aspek pelayanan yang didokumentasikan adalah semua pelayanan mandiri yang diberikan oleh bidan, pelayanan konsultasi dan pelayanan kolaborasi.

Materi
Pengertian Dokumentasi.
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti bahan pustaka, baik berbentuk tulisan maupun berbentuk rekaman lainnya seperti pita suara/kaset, video, film, gambar dan foto (Suyono trimo 1987, hal 7)
Dokumentasi dalam Bahasa Inggris berarti satu atau lebih lembar kertas resmi dengan tulisan diatasnya.
Dokumentasi dalam bidang kesehatan atau kebidanan adalah suatu pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan, dokter/perawat dan petugas kesehatan lainnya).
Pendokumentasian dari asuhan kebidanan di Rumah sakit dikenal dengan istilah rekam medik. Dokumentasi kebidanan menurut SK MenKes RI No 749 a adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen yang berisi tentang isentitas: Anamnesa, pemeriksaan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seseorang kepada seorang pasien selama dirawat di Rumah Sakit yang dilakukan di unit-unit rawat termasuk UGD dan unit rawat inap.
Dokumentasi berisi dokumen/pencatatan yang memberi bukti dan kesaksian tentang sesuatu atau suatu pencatatan tentang sesuatu.



Penyampaian berita/informasi/laporan tentang kesehatan/perkembangan pasien dilakukan dengan dua cara yaitu pencatatan dan pelaporan.
 Pencatatan
Pencatatan adalah data tertulis dan merupakan data resmi tentang kondisi kesehatan pasien dan perkembangannya
 Pelaporan
Pelaporan adalah penyampaian informasi tentang kondisi dan perkembangan pasien secara lisan kepada bidan/perawat lain atau kepada dokter atau tim kesehatan lainnya.

Tujuan dan Fungsi Dokumentasi

Macam-macam tujuan dari dokumentasi :
Sebagai dokumen rahasia yang mengidentifikasi pasien dan dibuat oleh tenaga kesehatan, mempunyai tujuan dokumentasi antara lain :
1. Mempunyai aspek legal
Dokumentasi ini dapat dimanfaatkan dalam suatu pengadilan, apabila ada masalah secara hukum. Tetapi pada kasus dan keadaan tertentu, pasien boleh mengajukan keberatannya untuk menggunakan catatan tersebut dalam pengadilan sehubungan dengan haknya akan jaminan kerahasiaan data
2. Sebagai alat komunikasi antar tim kesehatan
Merupakan alat komunikasi bagi tenaga kebidanan walaupun para tenaga tenaga kebidanan berkomunikasi secara lisan tetapi catatan kebidanan diperlukan karena sifatnya permanan. Catatan dalam kebidanan ini berguna untuk:
 Koordinasi asuhan kebidanan yang diberikan oleh beberapa orang
 Mencagah pemberian informasi yang berulang-ulang kepada pasien oleh anggota tim kesehatan lainnya.
 Mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam pelaksanaan asuhan kebidanan
 Membantu tenaga kebidanan menggunakan waktu yang sebaik baiknya serta mencegah kegiatan yang tumpang tindih
3. Mempunyai aspek financial ekonomi
Suatu berkas pencatatan mempunyai nilai ekonomi karena isinya dapat dijadikan bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan di Rumah sakit atau unit pelayanan lainnya. Tanpa adanya bukti pencatatan tindakan maka pembayaran tidak dapat diprtanggung jawabkan.
4. Bermanfaat untuk materi penelitian
Dengan mempelajari asuhan kebidanan dan pengobatan terhadap sejumlah pasien dengan penyakit yang sama maka informasi yang diperoleh akan membentu untuk mengatasi masalah yang dialami oleh pasien dengan penyakit yang sama.
5. Mempunyai aspek jaminan mutu
Pencatatan pada klien yang lengkap dan akurat akan memberi kemudahan bagi bidan dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Dan untuk mengetahui sejauhmana masalah klien dapat teratasi dan sejauhmana masalah dapat di identifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan dapat membentu meningkatkan mutu pelayanan kebidanan.

Tujuan lain yaitu :
1. Bukti Pelayanan yang bermutu
2. Tanggung jawab legal terhadap pasien
3. Informasi untuk perlindungan tim kesehatan
4. Pemenuhan pelayanan Standar
5. Sebagai sumber dari statistic untuk standarisasi
6. Sumber informasi untuk data wajib
7. Komunikasi untuk konsep menejemn resiko
8. Informasi untuk pendidikan, pengalaman belajar
9. Perlindungan hak pasien
10. Mendokumentasikan tanggung jawab professional dan memelihara kerahasiaan
11. Dokumen untuk menjamin penggantian biaya kesehatan
12. Dokumen untuk perencanaan pelayanan dimasa yang akan datang


Prinsip-prinsip Pendokumentasian

Catatan pasien merupakan dokumen yang legal dan bermanfaat bagi dirinya sendiri juga bagi tenaga kesehatan yang mengandung arti penting dan perlu memperhatikan prinsip dokumentasi yang dapat ditinjau dari dua segi :
a. Prinsip pencatatan
1. Ditinjau dari isi
 Mempunyai nilai administrative
Suatu berkas pencatatan mempunyai nilai medis, karena cacatan tersebut dapat digunakan sebagai dasar merencanakan tindakan yang harus diberikan kepada klien
 Mempunyai nilai hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan brnilai hokum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi kebidanan, di mana bidan sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi dapat digunakan sewaktu-waktu, sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-data harus di identifikasi secara lengkap, jelas, objektif dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan.
 Mempunyai nilai ekonomi
Dokumentasi mempunyai nilai ekonomi, semua tindakan kebidanan yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat digunakan sebagai acuan atau pertimbangan biaya kebidanan bagi klien.
 Mempunyai nilai edukasi
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isi menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan kebidanan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi kesehatan lainnya.
 Mempunyai nilai penelitian
Dokumentasi kebidanan mempunyai nilai penelitian, data yang terdapat didalamnya dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi kebidanan.

2. Ditinjau dari teknik pencatatan
 Mencantumkan nama pasien pada setiap lembaran catatan
 Menulis dengan tinta (idealnya tinta hitam)
 Menulis/menggunakan dengan symbol yang telah disepakati oleh institusi untuk mempercepat proses pencatatan
 Menulis catatan selalu menggunakan tanggal, jam tindakan atau observasi yang dilakukan sesuai dengan kenyataan dan bukan interpretasi.
 Hindarkan kata-kata yang mempunyai nsure penilaian; misalnya: tampaknya, rupanya dan yang bersifat umum
 Tuliskan nama jelas pada setiap pesanan, pada catatan observasi dan pemeriksaan oleh orang yang melakukan
 Hasil temuan digambarkan secara jelas termasuk keadaan, tanda, gejala, warna, jumlah dan besar dengan ukuran yang lazim dipakai.
 Interpretasi data objektif harus didukung oleh observasi
 Kolom jangan dibiarkan kosong, beri tanda bila tidak ada yang perlu ditulis
 Coretan harus disertai paraf disampingnya


b. Sistim pencatatan
 Model naratif
 Model oreantasi masalah
 Model focus

Prinsip Pelaksanaan Dokumentasi di lapangan/klinis
a. Dibuat catatan secara singkat, kemudian dipindahkan secara lengkap (dengan nama jelas dan identifikasi yang jelas
b. Tidak mencatat tindakan yang belum dilakukan
c. Hasil observasi atau perubahan yang nyata harus segera dicatat
d. Dalam keadaan emergensi dan bidannya terlibat langsung dalam tindakan, perlu ditugaskan seseorang khusus untuk mencatat semua tindakan secara berurutan
e. Selalu tulis nama jelas dan jam serta tanggal tindakan dilakukan.
Manfaat Pendokumentasian

Manfaat atau fungsi dari dokumentasi adalah :
a. Sebagai dokumen yang sah
b. Sebagai sarana komunikasi antara tenaga kesehatan
c. Sebagai dokumen yang berharga untuk mengikuti perkembangan dan evaluasi pasien
d. Sebagai sumber data yang penting untuk penelitian dan pendidikan
e. Sebagai suatu sarana bagi bidan dalam pernanannya sebgai pembela (advocate) pasien, misalnya dengan catatan yang teliti pada penkajian dan pemeriksaan awal dapat membantu pasien misalnya pada kasus pengamiayaan, pemerkosaan, yang dapt membantu polisi dalam pengusutan dan pembuktian.


Kesimpulan :
1. Dokumentasi dalam bidang kesehatan atau kebidanan adalah suatu pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan, dokter/perawat dan petugas kesehatan lainnya).
Penyampaian berita/informasi/laporan tentang kesehatan/perkembangan pasien dilakukan dengan dua cara yaitu pencatatan dan pelaporan.
 Pencatatan
 Pelaporan

2. Mempunyai tujuan dokumentasi antara lain :
a. Mempunyai aspek legal
b. Sebagai alat komunikasi antar tim kesehatan
c. Mempunyai aspek financial ekonomi
d. Bermanfaat untuk materi penelitian
e. Mempunyai aspek etika dan jaminan mutu
3. Prinsip dokumentasi yang dapat ditinjau dari dua segi :
1. Prinsip pencatatan
 Ditinjau dari isi
 Ditinjau dari teknik pencatatan
2. Sistim pencatatan
 Model naratif
 Model oreantasi masalah
 Model focus

4. Manfaat Dokumentasi :
a. Sebagai dokumen yang sah
b. Sebagai sarana komunikasi
c. Sebagai dokumen yang berharga untuk mengikuti perkembangan dan evaluasi pasien
d. Sebagai sumber data yang penting untuk penelitian dan pendidikan
e. Sebagai suatu sarana bagi bidan dalam pernanannya sebgai pembela (advocate) pasien,

Latihan
1. Jelaskan pengertian dokumentasi menurut MenKes RI No 749 a
2. Jelaskan Tujuan dokumentasi kebidanan
3. Jelaskan prinsip – prinsip dokumentasi kebidanan
4. Sebutkan prinsip dokumentasi dilapangan
5. Sebutkan manfaat dokumentasi

KEBUTUHAN FISIK IBU BERSALIN

PENDAHULUAN
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks,lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu. Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap. Kebutuhan seorang wanita dalam proses persalinan adalah pemenuhan kebutuhan fisik, kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus, keringanan dari rasa sakit, penerimaan atas sikap dan perilakunya, pemberian informasi tentang kemajuan proses persalinan dan hasil persalinannya. Bidan diharapkan dapat memberikan asuhan persalinan kala I sehingga ibu merasa nyaman dan proses persalinan berjalan dengan lancar.

URAIAN MATERI:
1. DUKUNGAN SELAMA PERSALINAN
Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan ciri dari asuhan kebidanan. Asuhan yang mendukung artinya kehadiran yang aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Dukungan tersebut antara lain meliputi:
a. Lingkungan
Suasana yang rileks dan bernuansa rumah akan sangat membantu wanita dan pasangannya merasa nyaman. Sikap bidan adalah sangat penting, mungkin lebih penting daripada bentuk fisik lingkungan tersebut. Ruangan persalinan harus dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi keadaan darurat bisa ditangani denagn cepat dan efisien. Wallpaper dan gordin yang menarik akan dengan warna yang sejuk dan penggunaan tirai untuk menutup peralatan rumah sakkit akan mengurangi keangkeran dari ruangan tersebut. Lampu haruslah mudah dipindah-pindah. Banyak wanita merasa lebih suka dengan penerangan redup atau setengah gelap pada saat berada dalam ruangan persalinan, tetapi tetap harus disediakan lampu untuk membantu saat bidan melakukan penjahitan perineum. Bidan harus berusaha memastikan agar orang yang masuk ke dalam ruangan persalinan bisa sesedikit mungkin dan harus diarahkan untuk menjaga suasana yang santai dan hening.

b. Pendamping persalinan
Asuhan kebidanan dukungan persalinan Kala I dapat diberikan dengan cara menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu untuk mendampingi ibu selama proses persalinan seperti suami, keluarga, atau teman dekat. Suami dan keluarga dianjurkan untuk berperan aktif dalam mendukung dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan kenyamanan bagi ibu. Pendamping ibu saat persalinan sebaiknya adalah orang yang peduli pada ibu, yang paling penting adalah orang-orang yang diinginkan oleh si ibu untuk mendampinginya selama persalinan. Di beberapa tempat, hanya wanita yang boleh menemani ibu pada saat ia melahirkan. Dalam budaya lain, sudah menjadi kebiasaan bagi suami menjadi pendamping dalam persalinan bahkan menolong persalinan.
c. Mobilitas
Ibu dianjurkan untuk merubah posisi dari waktu ke waktu agar merasa nyaman dan mungkin persalinan akan berjalan lebih cepat karena ibu merasa menguasai keadaan.
d. Pemberian informasi
Suami harus diberi informasi selengkapnya tentang kemajuan persalinan dan perkembangannya selama proses persalinan. Setiap pengobatan atau intervensi yang mungkin dan akan dilakukan harus dijelaskan terlebih dahulu. Ibu dan suaminya dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
e. Tehnik relaksasi
Jika ibu telah diajarkan teknik-teknik relaksasi ia harus diingatkan mengenai hal itu dan didukung sewaktu ia mempraktekkan pengetahuannya.
f. Percakapan (komunikasi)
Bila seorang ibu berada sedang dalam persalinan, akan ada waktunya untuk bercakap-cakap dalam dan ada waktunya untuk diam. Wanita yang sedang dalam proses persalinan fase aktif akan menyukai ketenangan. Pada tahap ini seorang wanita akan merasa lelah dan setiap kontaksi akan memerlukan konsentrasi penuh dan semua cadangan emosional fisik yang bisa dikerahkannya. Ia mungkin akan menutup matanya dan ingin sendirian pada tahap ini. Jika ibu menyadari apa yang terjadi pada dirinya ia akan berkonsentrasi pada kemajuan persalinannya dan percakapan yang tidak bermanfaat tidak dibutuhkannya, melainkan sentuhan dan ekspresi wajah akan lebih penting.
g. Dorongan semangat
Bidan harus berusaha memberikan dorongan semangat kepada ibu selama proses persalinannya. Sebagian besar wanita akan mencapai suatu tahap dimana mereka merasa tidak bisa melanjutkan lagi proses persalinannya dan merasa putus asa. Hanya dengan beberapa kata yang diucapkan secara lembut setelah tiap kontraksi atau atau beberapa kata pujian non-verbal sering sudah cukup memberi semangat. Ibu yang dibuat merasa bahwa ia sanggup dan sudah membuat kemajuan besar biasanya akan merespon dengan terus berusaha. Bidan yang ketrampilan komunikasinya sudah terlatih baik dan yang memberi respons dengan kehangatan dan antusiasme biasanya kan berhasil dalam hal ini.

PERAWATAN FISIK
1. Kebersihan dan kenyamanan
Wanita yang sedang bersalin akan merasa sangat panas dan berkeringat banyak. Bila memungkinkan ibu bisa mandi dan berganti pakaian, atau bila tidak cukup dengan menyeka tubuhnya dan mengganti pakaiannya. Baju yang bersih dan terbuat dari bahan katun akan membuat ibu merasa nyaman. Mulutnya bisa disegarkan dengan jalan menggosok gigi atau mouthwash.
2. Posisi
Rasa sakit akibat kontraksi akan semakin terasa sesuai dengan bertambahnya pembukaan serviks. Ibu mungkin memerlukan bantuan untuk mencari dan menemukan posisi yang nyaman. Ada beberapa posisi tertentu yang dapat membantu mengurangi rasa sakit, misalnya posisi duduk, bersandar tegak, bersandar ke depan, berlutut ke depan, mengurut punggung atau bersandar pada suami.
Pada kala I, biasanya secara naluri ibu bergerak mencari posisi yang nyaman dan tetap pada posisi tersebut selama kala I.
Posisi yang dianjurkan adalah:
a. Berdiri di belakang meja dengan rileks

Berdiri di belakang meja dengan rileks. Letakkan tangan pada sandaran kursi. Kondisi ini dapat menolong selama kontraksi jika ibu masih dapat berjalan.






b. Berdiri menghadap pasangan

Ibu berdiri menghadap suami dan lingkarkan lengan pada lehernya, suami dapat diminta untuk dapat memijat pinggangnya.

c. Ibu bersandar pada punggung suami secara rileks

Ibu menyandarkan punggung pada suami dengan rileks dan suami dapat mendinginkan wajah dengan washlap.

d. Duduk di kursi menggunakan bantal menghadap ke belakang

Ibu duduk di kursi menggunakan bantal, lengan diletakkan pada sandaran kursi dan menghadap ke belakang, suami dapat memijat lembut punggung ibu.

e. Rileks dengan posisi menungging dan merebahkan kepala pada bantal

Ibu rileks dengan posisi menungging dan merebahkan kepala pada bantal, suami dapat mengusap lembut bagian punggung.
3. Kontak fisik
Ibu mungkin tidak ingin bercakap-cakap tetapi mungkin akan merasa nyaman denagn kontak fisik. Suaminya hendaknya dianjurkan untuk memegang tangannya, menggosok punggungnya, menyeka wajahnya dengan washlap atau hanya mendekapnya. Bidan harus peka terhadap keinginan ibu dan menghormatinya. Suatu saat mungkin ada baiknya untuk meninggalkan kedua pasangan itu sendirian jika mereka menginginkannya.
4. Pijatan
Wanita yang menderita sakit punggung atau nyeri selama persalinan mungkin akan merasakan pijatan yang sangat meringankan. Bidan atau suami ibu bisa melakukan pijatan melingkar di bagian lumbosacralnya dengan menggunakan bedak atau body lotion untuk mengurangi friksi. Pijatan mendalam diberikan dengan menggunakan tekanan dengan telapak tangan, buku jari atau benda-benda seperti bola tenis. Sebagian wanita mungkin akan merasakan pijatan pada abdominal menyenangkan, elusan ringan di atas seluruh perut dengan menggunakan kedua tangan dan dengan ujung jari menyentuh symphisis pubis, melintas di atas fundus uteri dan kemudian turun ke kedua sisi perut. Sebagian mungkin lebih menyukai teknik kedua tangan yang sama melintasi bagian bawah abdomen dimana rasa nyeri kontraksi uterus biasanya dirasakan. Wanita juga suka melakukannya sendiri.
5. Perawatan kandung kemih dan perut
Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama persalinan. Ibu harus berkemih paling sedikit setiap 2 jam, atau lebih sering jika terasa ingin berkemih atau jika kandung kemih dirasakan penuh. Periksa kandung kemih pada saat akan memeriksa denyut jantung janin (lihat / palpasi tepat di atas simfisis pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih penuh. Anjurkan dan antarkan ibu untuk berkemih di kamar mandi. Jika ibu tidak dapat berjalan ke kamar mandi, berikan wadah penampung urin. Kandung kemih yang penuh akan menyebabkan memperlambat turunnya bagian terbawah janin dan mungkin menyebabkan partus macet, menyebabkan ibu tidak nyaman, meningkatkan risiko perdarahan pasca persalinan yang disebabkan atonia uteri, mengganggu penatalaksanaan distosia bahu, meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pasca persalinan. Selama persalinan berlangsung, tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan jika kandung kemih penuh dan ibu tidak dapat berkemih sendiri.

2. PENGURANGAN RASA SAKIT
Salah satu kebutuhan wanita dalam proses persalinan adalah keringanan rasa sakit.
Persepsi rasa sakit
Cara yang dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap rasa sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Rasa takut atau kecemasan
Rasa takut atau kecemasan akan meninggikan respon individual terhadap rasa sakit. Rasa takut terhadap hal yang tidak diketahui, rasa takut ditinggal sendiri pada saat proses persalinan (tanpa pendamping) dan rasa takut atas kegagalan persalinan dapat meningkatkan kecemasan. Pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan menambah kecemasan.
2. Kepribadian
Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa sakit, ibu yang secara alamiah tegang dan cemas akan lebih lemah dalam menghadapi stres dibanding wanita yang rileks dan percaya diri.
3. Kelelahan
Ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin sebelumnya sudah terganggu tidurnya oleh ketidaknyamanan dari akhir masa kehamilannya akan kurang mampu mentolerir rasa sakit.
4. Faktor sosial dan budaya
Faktor sosial dan budaya juga berperan penting dalam reaksi rasa sakit. Beberapa budaya mengharapkan stoicisme (sabar dan membiarkannya) sedang budaya lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan.
5. Pengharapan
Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman. Wanita yang realistis dalam pengharapannya mengenai persalinannya dan tanggapannya terhadap hal tersebut mungkin adalah persiapan yang terbaik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia akan menerima pertolongan dan dukungan yang diperlukannya dan yakin bahwa ia akan menerima analgesik yang sesuai.

Fisiologi rasa sakit:
 Jalur rasa sakit:
Jalur rasa sakit atau jalan indra ke atas bermula di ujung syaraf pengindra di tempat terjadinya trauma. Impuls tersebut menjalar sepanjang syaraf perasa menuju simpul syaraf belakang (dorsal root ganglion) dari syaraf belakang yang bersangkutan dan diteruskan ke massa syaraf belakang (posterior horn) dari kumpulan syaraf tulang punggung (sinal cord), dikenal dengan neuron pertama (first neuron).
 Nyeri:
o Nyeri yang akut
Sensasi semacam ini dikirimkan melalui serabut delta A yang merupakan serabut syaraf besar yang menampung rasa nyeri yang akut. Rasa sakit jenis ini akan dirasakan sebagai nyeri yang menusuk yang dengan mudah dapat dilokalisir oleh penderitanya.
o Nyeri yang Kronis
Jalur nyeri yang kronis adalah sedikit berbeda, serabut-serabut syaraf yang terlibat adalah syaraf yang diameternya lebih kecil dan disebut serabut C. Nyeri kronis sering digambarkan sebagai sakit yang membakar yang sulit dilokalisir.
 Neurotransmitter
Pengiriman rangsangan syaraf dilakukan atau dihambat oleh zat-zat yang disebut neuro transmitter. Zat-zat ini bisa bersifat merangsang (excitatory) atau menghambat (inhibitory). Mereka berinteraksi untukmempertahankan keseimbangan penalaran rasa nyeri. Salah satu contoh dari neorotransmitter ini adalah acetylcholine dan satu contoh dari inhibitory neorotransmitter ialah enkephaline. Larutan anestesi lokal bertindak dengan bersaing untuk mencapai reseptor accttycholine pada neurone dan membendung aksi tersebut.

Jalur pengindraan yang memperlihatkan struktur yang terlibat didalam menyadari rasa sakit.
 Nyeri dalam persalinan
Nyeri adalah rasa tidak aenak akibat perangsangan ujung-ujung saraf khusus. Selama persaliann dan kelahiran pervaginam, nyeri disebabkan oleh kontraksi rahim, dilatasi serviks, dan distensi perineum. Serat saraf aferen viseral yang membawa impuls sensorik dari rahim memasuki medula spinalis pada segmen torakal kesepuluh, kesebelas dan keduabelas serta segmen lumbal yang pertama (T10 sampai L1). Nyeri dari perineum berjalan melewati serat saraf aferen somatik, terutama pada saraf pudendus dan mencapai medula spinalis melalui segmen sakral kedua, ketiga, dan keempat (S2 sampai S4). Serabut saraf sensorik yang dari rahim dan perineum ini membuat hubungan sinapsis pada kornu medula spinalis dengan sel yang memberi akson yang merupakan saluran spinotalamik. Selama bagian akhir dari Kala I dan di sepanjang Kala II, impuls nyeri bukan saja muncul dari rahim tetapi juga perineum saat bagian janin melewati pelvis.

Jalur rasa nyeri dalam persalinan,yang memperlihatkan tempat-tempat dimana rasa nyeri bisa dicegah dengan teknik anestesi lokal


Nyeri Kala I awal Nyeri Kala I lanjut

Metode pengurangan rasa sakit yang diberikan selama dukungan persalinan ialah:
1. Caranya sederhana
2. Efektif
3. Biayanya rendah
4. Resikonya rendah
5. Dapat meningkatkan kemajuan persalinan
6. Hasil luaran janinnya baik
7. Bersifat sayang ibu

Penny Simpkin mengatakan cara untuk mengurangi rasa sakit ini ialah:
1. Mengurangi sakit langsung dari sumbernya.
2. Memberikan rangsangan alternatif yang kuat.
3. Mengurangi reaksi mental negatif, emosional dan fisik ibu terhadap rasa sakit.

Teknik dukungan untuk mengurangi rasa sakit:
1. Kehadiran pendamping selama proses persalinan, sentuhan penghiburan dan dorongan orang yang mendukung
Kehadiran pendamping sangat besar artinya karena dapat membantu ibu saat proses persalinan. Pendamping ibu saat proses persalinan sebaiknya adalah orang yang peduli pada ibu dan yang paling penting adalah orang yang diinginkan ibu untuk mendampingi ibu selama proses persalinan.
2. Perubahan posisi dan pergerakan
Ibu mungkin memerlukan bantuan untuk mencari dan menemukan posisi yang nyaman, untuk membantu ibu agar ibu tetap tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh memaksakan posisi yang telah dipilih ibu, bidan hanya menyarankan alternatif-alternatif apabila tindakan ibu tidak efektif.
3. Sentuhan dan masase
Relaksasi sentuhan mungkin akan membantu ibu rileks dengan cara pasangan menyentuh atau mengusap bagian tubuh ibu. Pemijatan secara lembut akan membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan nyaman selama persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang dipijat 20 menit setiap jam selam atahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu terjadi karena pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa endhorphin yang merupakan pereda sakit alami. Endorphin juga dapat menciptakan perasaan nyaman dan enak.
Dalam persalinan, pijat juga membantu ibu merasa lebiih dekat dengan orang yang merawatnya. Sentuhan seseorang yang peduli dan ingin menolong merupakan sumber kenikmatan saat ibu sakit, lelah dan takut. Bagian tubuh ibu yang dapat dipijat adalah kepala, leher, punggung dan tungkai. Saat melakukan pemijatan dapat menggunakan minyak sayur, minyak pijat atau sedikit bedak supaya tangan agak licin dan ibu merasa nyaman.
Umumnya, ada 2 teknik pemijatan yang dilakukan dalam persalinan, yaitu effluerage dan counterpressure. Effluerage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat dan panjang atau tidak putus-putus. Teknik ini menimbulkan efek relaksasi. Dalam persalinan, effluerage dilakukan dengan menggunakan ujung jari yang ditekan lembut dan ringan. Lakukan usapan dengan ringan dan tanpa tekana kuat, tetapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit.
Pijat counterpressure adalah pijatan tekanan kuat dengan cara meletakkan tumit tangan atau bagian datar dari tangan, atau juga menggunakan bola tenis. Tekanan dapat diberikan dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil. Teknik ini efektif menghilangkan sakit punggung akibat persalinan. Namun perlu disadari bahwa ada ibu yang tidak biasa dipijat, bahkan disentuh saat mengalami kontraksi, hal ini disebabkan karena kontraksi sedemikian kuatnya sehingga ibu tidak sanggup lagi menerima rangsangan apapun pada tubuh. Bidan harus memahami hal ini dan menghormati keinginan ibu.
4. Panas buatan dan dingin buatan
Pemanasan merupakan metode sederhana yang digunakan pada ibu untuk meredakan rasa sakit. Dalam persalinan, panas buatan dapat dilakukan dengan cara meletakkan botol air panas yang dibungkus dengan handuk di punggung, menggunakan kantong kain berisi kulit ari beras/gandum yang dipanaskan beberapa menit di microwave, melakukan pemijatan denagn cara menggosokkan tangan pendamping persalinan di punggung ibu. Pijatan ini akan menghangatkan kulit sekaligus merangsang tubuh melepaskan senyawa alamiah pereda sakit. Dingin buatan dapat dilakukan dengan cara mengompres punggung ibu menggunakan air es mengunakan washlap atau kantong kompres khusus untuk es.
5. Pencelupan di dalam air
Air dapat menagtasi rasa sakit karena dapat menyebabkan relaksasi. Jika ibu merasa tegang, kontraksi menjadi sangat menyakitkan sehingga dapat menyebabkan pembukaan serviks tidak lancar. Air membantu ibu lebih rileks dan lebih dapat mengedalikan diri menghadapi kontraksi sehingga tidak terlalu menyakitkan. Selain itu di dalam air otot-otot ibu mengendur.
6. Pengeluaran suara (pernafasan)
Teknik pernafasan yang tepat dapat mengurangi rasa sakit persalinan. Teknik pernafasan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu teknik pernafasan pada kala I awal dan teknik pernafasan pada kala I akhir.
- Teknik pernafasan kala I awal
Dilakukan dengan cara tiap kali kontraksi dari awal sampai akhir kontraksi ibu diminta untuk menarik nafas dalam-dalam dan teratur melalui hidung dan keluarkan lewat mulut. Pada puncak kontraksi bernafaslah dengan ringan dan pendek-pendek melalui mulut tetapi jangan terlalu lama karena bisa mengakibatkan ibu kekurangan oksigen.
- Teknik pernafasan kala I akhir
Kontraksi pada kala I akhir akan terjadi selama satu menit dan bisa terasa setiap menit. Agar ibu tidak mengejan terlalu awal minta ibu untuk mengatakan “huh-huh, pyuh”, sambil bernafas pendek-pendek lalu bernafaslah panjang. Setelah itu, bernafaslah perlahan dan teratur. Masa transisi ini merupakan masa yang paling sulit karena kontraksi akan sangat kuat, tetapi serviks belum membuka seluruhnya. Pada tahap ini, minta ibu jangan mengejan terlebih dahulu karena akan menyebabkan serviks oedema.
7. Visualisasi dan pemusatan perhatian
Para penggagas metode ini percaya melahirkan dapat menyenangkan jika ibu melibatkan otak kanan dalam proses persalinan. Sehari-hari, manusia lebih banyak bekerja dengan menggunakan otak kiri. Di sisi lain, otak kanan yang menyimpan memori tentang keindahan, keyakinan, imajinasi, dan fantasi sering tidak diberdayakan. Padahal, dengan otak kanan kita mampu menyembuhkan diri dan menghilangkan rasa sakit termasuk dalam persalinan. Pemberdayaan otak kanan untuk persalina yang bebas sakit pada dasarnya menanamkan keyakinan “melahirkan itu tidak sakit”. Hal ini tidak mudah diterima begitu saja sehingga otak kanan harus difungsikan meyakininya. Otak kanan adalah bagian yang mampu memvisualisasikan sesuatu seolah-olah itu nyata. Misalnya membayangkan seolah-olah sedang berada di taman bunga dan bayi sudah bersama ibu. Saat otak kanan mencapaii 8 – 13 Hz ternyata kondisi ini merupakan gelombang alfa atau relaksasi. Seseorang lebih mudah untuk memvisualisasikan serta merasa lebih nyaman dan tenang. Sementara pada ukuran 13-26 Hz, otak sangat lelah sehingga tingkat stress tinggi. Orang mudah merasa sakit, letih dan jenuh. Setiap ibu bisa melakukan visualisasi. Sebaiknya latihan dilakukan sejak kandungan berusia dua bulan atau paling lambat tujuh bulan. Dengan visualisasi, ibu juga dibantu untuk tenang dan menghilangkan trauma atau naluri ekstra bawah sadar. Ibu dapat berlatih visualisai dalam waktu 7 x 2,5 jam (lebih baik di bawah bimbingan pelatih profesional).
8. Musik
Musik dapat membantu ibu mengalihkan perhatian dari rasa nyeri sehingga ibu merasa rileks.


Metode dan obat penghilang rasa sakit:
Rasa sakit juga dapat dihilangkan dengan menggunakan beberapa metode atau pemberian obat-obatan penghilang rasa sakit, misalnya pethidine, anestesi epidural, entonox, TENS atau ILA (Intrathecal Labooour Analgesia). Namun, belumm semua metode dan obat ada di Indonesia.
1. Pethidine
Pemberian pethidine akan membuat tenang, rileks, malas bergerak dan terasa agak mengantuk, tetapi tetap sadar. Obat ini bereaksi 20 menit, kemudian akan bekerja selama 2 - 3 jam dan biasanya diberikan pada kala I. Obat biasanya disuntikkan di bagian paha atau pantat. Penggunanaan obat ini juga menyebabkan bayi mengantuk, tetapi pengaruhnya akan hilang setelah bayi lahir. Pethidine tidak diberikan secara rutin, tetapi diberikan pada keadaan kontraksi rahim yang terlalu kuat.
2. Anestesi epidural
Metode ini paling sering dilakukan karena memungkinkan ibu untuk tidak merasakan sakit tanpa tidur. Obat anestesi disuntikkan pada rongga kosong tipis (epidural) diantara tulang punggung bagian bawah. Spesialis anestesi akan memasang kateter untuk mengalirkan obat yang mengakibatkan saraf tubuh bagian bawah mati rasa selama sekitar 2 jam, sehingga rasa sakit tidak terasa. Pemberian obat ini harus diperhitungkan agar tidak ada pengaruhnya pada kala II persalinan, jika tidak maka ibu akan mengedan lebih lama.
3. Entonox
Metode ini menggunakan campuran oksigen dan nitrous oxida, dapat menghilangkan rasa sakit, efeknya lebih ringan daripada epidural dan dapat digunakan sendiri. Jika kontraksi mulai terasa, pegang masker di muka, lalu tarik nafas dalam-dalam. Rasa sakit akan berkurang dan kepala terasa lebih ringan.
4. TENS
Metode penghilang rasa sakit menggunakan mesin TENS (transcutaneous Electrical Nerves Stimulation) dipilih jika rasa sakit ingin hilang tanpa menggunakan obat. Mesin ini merupakan suatu sensor elektronik yang membantu tubuh menahan rasa sakit dengan mengirim pulsa arus listrik ke punggung. Beberapa elektroda ditempelkan diatas saraf punggung menuju rahim dan dihubiungkan denagn panel kontrol yang dipegang untuk menambah atau mengurangi arus listrik. Alat ini mudah digunakan dan tidak membahayakan.
5. Intrathecal Labour Analgesia
Intrathecal Labour Analgesia (ILA) adalah suatu teknik baru untuk menghilangkan nyeri persalinan yang hampir mirip dengan epidural, tetapi berbeda pada lokasi dan cara pemberian obat anestesinya. Pada ILA, obat anestesi disuntikan intratekal, suatu daerah sedikit di atas epidural dan dosis obat yang diberikan lebih sedikit dibanding epidural. Keuntungan dari teknik ILA dibanding epidural adalah lebih aman karena dosis obat lebih sedikit, lebih mudah dilakukan, dan biayanya realtif lebih murah.

3. ALTERNATIF POSISI
Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh mengendalikan pemilihan posisi yang diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Sebaiknya, peranan bidan adalah untuk mendukung ibu dalam posisi apapun yang dipilihnya, sambil menyarankan bila tindakan ibu tidak efektif atau merugikan bagi dirinya atau bagi bayinya. Anjurkan pada ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan kelahiran. Anjurkan pula suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan seringkali mempersingkat waktu persalinan. Bidan harus memberitahu ibu bahwa ia tidak perlu harus terlentang dalam masa persalinannya, karena jika ibu berbaring telentang berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban, plasenta, dll) akan menekan vena cafa inferior. Hal ini menyebabkan turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini akan menyebabkan hipoksia/kekurangan oksigen pada janin. Posisi telentang juga akan memperlambat kemajuan persalinan.
Posisi dalam persalinan antara lain:
a. Posisi duduk atau setengah duduk
Posisi duduk atau setengah duduk seringkali nyaman bagi ibu dan ia bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi jika merasa lelah. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah memudahkan melahirkan kepala bayi. Bagi bidan lebih mudah untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan mendukung perineum.

b. Posisi merangkak
Merangkak seringkali merupakan posisi yang baik bagi ibu yang mengalami nyeri punggung saat persalinan. Selain itu dapat membantu bayi melakukan rotasi dan peregangan minimal pada perineum.

c. Posisi jongkok atau berdiri
Posisi jongkiok atau berdiri dapat mempercepat kala I persalinan dan mengurangi rasa nyeri yang hebat. Selain itu juga dapat membantu penurunan kepala bayi.

d. Posisi berbaring miring ke kiri
Berbaring miring ke kiri seringkali merupakan posisi yang baik bagi ibu jika kelelahan karena ibu bisa beristirahat dengan mudah di antara kontraksi. Posisi ini juga bisa membantu mencegah laserasi perineum.





4. PERSIAPAN PERSALINAN
a. Menyiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran
Persalinan dan kelahiran bayi mungkin terjadi di rumah (rumah ibu, rumah kerabat), di tempat bidan, di puskesmas, Polindes atau rumah sakit. Pastikan ketersediaan bahan-bahan dan sarana yang memadai dan upaya pencegahan infeksi dilaksanakan sesuai dengan standard.
Di manapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal-hal pokok seperti:
 Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin.
 Sumber air bersih yang mengalir untuk cuci tangan dan mandi ibu sebelum dan sesudah melahirkan.
 Air desinfeksi tingkat tinggi (air yang dididihkan dan didinginkan) untuk membersihkan vulva dan perineum sebelum periksa dalam selama persalinan dan membersihkan perineum ibu setelah bayi lahir.
 Air bersih dalam jumlah yang cukup, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi dan proses peralatan.
 Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan. Pastikan bahwa kamar kecil dan kamar mandi telah didekontaminasi dengan larutan klorin 0,5 %, dibersihkan dengan deterjen dan air sebelum persalinan dimulai (untuk melindungi keluarga terhadap risiko infeksi dari darah dan sekret tubuh ibu).
 Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan selama persalinan, melahirkan bayi dan memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya selama persalinan. Pastikan bahwa ibu mendapatkan privasi.
 Penerangan yang cukup, baik siang maupun malam.
 Tempat tidur yang bersih untuk ibu. Tutupi kasur denagn plastik atau lembaran yang mudah dibersihkan jika terkontaminasi selama persalinan atau kelahiran bayi.
 Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi baru lahir.
 Meja yang bersih atau tempat tertentu untuk menaruh peralatan persalinan.

b. Menyiapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan
Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan dan dalam keadaan siap pakai untuk setiap jumlah persalinan dan kelahiran. Jika tempat persalinan dan kelahiran bayi jauh dari fasilitas kesehatan, bawalah semua keperluan yang dibutuhkan ke lokasi persalinan. Kegagalan untuk menyediakan semua perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obat esensial pada saat asuhan diberikan, akan meningkatkan resiko terjadinya penyulit pada ibu dan bayi baru lahir yang dapat membahayakan keselamatan jiwa mereka.
Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi:
 Periksa semua peralatan sebelum dan sesudah memberikan asuhan. Ganti peralatan yang hilang atau rusak dengan segera.
 Periksa semua obat-obatan dan bahan-bahan sebelum dan setelah menolong persalinan. Segera ganti obat apapun yang telah digunakan atau hilang.
 Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahan sudah bersih dan siap pakai.

c. Menyiapkan rujukan
Jika terjadi penyulit, keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu dan atau bayinya. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan dan perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika ibu datang untuk asuhan persalinan dan kelahiran bayi dan ia tidak siap dengan rencana rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang keperluan rencana rujukan.

d. Memberikan asuhan sayang ibu
Persalinan adalah saat yang menegangkan dan menggugah emosi ibu dan keluarganya, bahkan dapat pula saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Untuk meringankan kondisi tersebut, pastikan bahwa setiap ibu akan mendapatkan asuhan sayang ibu selama persalinan dan kelahiran.
Kaji prinsip-prinsip umum asuhan sayang ibu :
 Sapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak dengan tenang dan berikan dukungan penuh selama persalinan dan kelahiran bayi.
 Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau anggota keluarganya.
 Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan dukungannya.
 Waspadai tanda-tanda penyulit selama persalinan dan lakukan tindakan yang sesuai jika diperlukan.
 Siap dengan rencana rujukan.

Asuhan sayang ibu selama persalinan:
 Memberikan dukungan emosional
 Membantu pengaturan posisi
 Memberikan cairan dan nutrisi
 Keleluasaan untuk ke kamar mandi secara teratur
 Pencegahan infeksi

e. Pencegahan infeksi
Menjaga lingkungan yang bersih merupakan hal penting dalam mewujudkan kelahiran yang bersih dan aman bagi ibu dan bayinya. Hal ini termasuk unsur penting dalam asuhan sayang ibu. Kepatuhan dalam menjalankan praktek-praktek pencegahan infeksi yang baik juga akan melindungi penolong persalinan dan keluarga ibu dari infeksi. Ikuti praktek-praktek pencegahan infeksi yang sudah ditetapkan ketika mempersiapkan persalinan dan kelahiran, antara lain anjurkan ibu untuk mandi pada awal persalinan dan pastikan bahwa ibu memakai pakaian yang bersih, mencuci tangan sesering mungkin, menggunakan perlatan steril atau desinfeksi tingkat tinggi dan sarung tangan pada saat diperlukan. Anjurkan anggota keluarga untuk mencuci tangan mereka sebelum dan setelah melakukan kontak dengan ibu dan/bayi baru lahir.

LATIHAN SISWA:
1. Jelaskan pengertian persalinan kala I!
2. Tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk memberikan dukungan persalinan pada Kala I ?
3. Apa yang dimaksud dengan pendamping persalinan?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi rasa sakit?
5. Sebutkan 5 metode pengurangan rasa sakit!
6. Sebutkan 5 teknik dukungan untuk mengurangi rasa sakit!
7. Sebutkan dan jelaskan alternatif posisi untuk mengurangi rasa sakit!
8. Sebutkan persiapan kelahiran yang harus dilakukan pada kala I!
9. Jelaskan persiapan ruangan yang harus dilakukan pada persiapan persalinan!
10. Jelaskan prinsip asuhan sayang ibu!

SUMBER PUSTAKA:
1. Abdul Bari Sarifudin, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Biran Affandi, Djoko Waspodo, 2002, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, YBPSP
2. MNH, 2002, Asuhan persalinan Normal, Jakarta, JNPKR
3. Linda K. Brown, 1989, Myles Texbook for Midwifes 11 ed, Churchil Livingstone
4. Varney H, 1997, Varney Midwifery third edition, Boston, Blackwell scientific
5. P.M. Sellers, 1993, Midwifery, South Africa,Creda Press, Solan Road, Cape Town
6. Sue Moore, 1997, Understanding Pain and Its Relief In Labour, USA, Churchil Livingstone
7. Pusdiknakes, 2001, Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Fisiologis bagi dosen Diploma III Kebidanan Buku 3 Intrapartum, Topik 1, Pelajaran 5, Jakarta, Pusdiknakes
8. Januardi E, Judi, 2002, Mempersiapkan Persalinan Sehat, Jakarta, Puspa Swara
9. Danuatmaja, Bonny, 2004, Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit, Jakarta, Puspa Swara
10. Hacker, Neville F, 2001, Esensial Obstetri dan Ginekologi, Jakarta, Hipokrates

ASUHAN PERSALINAN

A. KONSEP DASAR PERSALINAN
1. PENGERTIAN PERSALINAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan / dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
jalan lain dengan bantuan/ tanpa bantuan ( kekuatan ibu sendiri.
 Bentuk persalinan berdasar devinisi
• Persalinan spontan
Proses lahirnya bayi yang berlangsug dengan kekuatan ibu sendiri da melalui jalan lahir.
• Persalinan normal
Proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37-42 minggu), lahir spontan presentasi belakang kepala berlangsung 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janinnya.
• Persalinan buatan
Proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar, misal dengan bantuan vacum, forsep, seksio sesaria.
• Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan, misal dengan pemberian piton/ oksitosin drip, pemecahan ketuban.

 Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang dilahirkan
 Abortus
Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan, umur kehamilan sebelum 28 minggu, berat janin kurang dari 1000 gram.
 Persalinan prematuritas
Persalinan sebelum umur kehamilan 28- 36 minggu, berat janin kurang dari 2499 gram.
 Persalinan aterm
Persalinan antara umur kehamilan 37-42 minggu, berat janin diatas 2500 gram.
 Persalinan serotinus
Persalinan yang melampaui umur kehamilan 42 minggu, pada janin terdapat tanda postmaturitas.
 Presalinan presipitatus
Persalinan yang berlangsung cepat kurang dari 3 jam.

 Istilah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan
 Gravida
Wanita yang sedang hamil.
 Primigravida
Wanita yang hamil untuk pertama kalinya.
 Para
Wanita yang pernah melahirkan bayi aterm.
 Primipara
Wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali.
 Nulipara
Wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable
 Multipara
Wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari 5 kali.
 Grandemultipara
Wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari 5 kali.

 Sebab-sebab mulainya persalinan
 Teori penurunan hormon
Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron mulai terjadi pada 1-2minggu sebelum partus. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
 Teori tuanya placenta
Dengan tuanya kehamilan, villikoriales mengalami perubahan,sehingga kadar estrogen dan progesteron menurun yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksirahim.
 Teori distensi rahim
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus, sehingga dapat mengganggu sirkulasi utero-placenter sehingga placenta mengalami degenerasi.
 Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terdapat ganglion servikale dari fleksus frankenhauser. Bila ganglion ini tertekan (misalnya oleh kepala janin) akan timbul kontraksi.

 Teori oksitosin
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otot rahim.

 Tanda-tanda permulaan persalinan
 Lightening / settling / dropping yaitu turunnya kepala memasuki pintu atas panggul, terutama pada primigravida minggu ke 36.
 Perut lebih melebar karena fundus uteri turun
 Perasaan sering-sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian bawah janin.
 Terjadinya perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi ringan otot-otot rahim (false labor pains).
 Serviks menjadi lembek,mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show)

 Tanda dan gejala inpartu
Rasa sakit oleh his yang datang lebih sering, kuat dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
Pengeluaran lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
Pada pemeriksaan dalam: serviks lunak, mendatar,dan pembukaan telah ada.

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA PERSALINAN
o POWER
Yaitu faktor kekuatan ibu yang mempengaruhi dalam persalinan
a) His
His adalah kontraksi karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat : kontraksi simetris, fundus dominant, kemudian diikuti relaksasi.
Sifat kontraksi rahim dan yang harus diperhatikan:
• Amplitudo
- Kekuatan his diukur dengan mm Hg
- Cepat mencapai puncak kekuatan dan diikuti relaksasi yang tidak lengkap sehingga kekuatannya tidak mencapai 0 mmHg
- Setelah kontraksi otot rahim mengalami retraksi (tidak kembali ke panjang semula)

• Frekuensi
Jumlah terjadinya his selama 10 menit
• Durasi
- Lamanya his yang terjadi pada setiap saat
- Diukur dengan detik
• Interval
Tenggang waktu antara kedua his
• Kekuatan
Perkalian antara amplitude dengan frekuensi yang ditetapkan dengan satuan montevidio.

Menurut faalnya his persalinan dibagi:
• His pembukaan
His yang menimbulkan pembukaan dari serviks
• His pengeluaran
His yang mendorong anak keluar. His pengeluaran biasanya disertai dengan keinginan mengejan.
• His pelepasan uri
Kontraksi sedang untuk pelepasan dan pengeluaran uri
• His pengiring
Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri

Perubahan-perubahan akibat his :
• Pada uterus dan serviks
Uterus teraba keras/ padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatik air ketuban dan tekanan intrauterin naik menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement), dan terbuka (dilatasi).
• Pada ibu
Rasa nyeri kerena iskemia rahim dan kontraksi rahim, juga ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
• Pada janin
Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero placenter kurang, maka timbul hipoksia janin.

b) Tenaga mengejan
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecahtenaga yang mendorong anak keluar selain his adalahdisebabkan adanya kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal. Selain itu juga kontraksi dari diafragma dan aksi dari ligament.
o PASSAGE
Yaitu keadaan jalan lahir
a) Jalan lahir keras.
Rangka panggul
a. Tulang panggul
 Os coxae (os ilium, os ischium, os pubis)
 Os sacrum
 Os coccygis
b. Artikulasi
 Simpisis pubis
 Artikulasi sakro iliaka
 Artikulasi sakro koksigeum
c. Ruang panggul
 Pelvis mayor
 Pelvis minor
d. Pintu panggul
 Pintu atas panggul
 Ruang tengah panggul
 Pintu bawah panggul
 Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity)
e. Sumbu panggul
Adalah garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang panggul yang melengkung ke depan.
f. Bidang-bidang
 Bidang hodge I : bidang yang sama denga PAP
 Bidang hodge II : bidang yang sejajar dengan H.I setinggi tepi bawah simpisis
 Bidang hodge III : bidang yang sejajar dengan H.I setinggi spina ischiadika
 Bidang hodge IV : bidang sejajar H.I setinggi ujung os coccygeus
g. Ukuran panggul
 Ukuran panggul luar
• Distansia spinarum
Jarak antara kedua SIAS (24-26 cm)
• Distansia cristarum
Jarak antara kedua crista iliaka kanan kiri (28-30 cm)
• Conjugate externa (boudeloque) (18-20)
• Lingkar panggul (80-90 cm)

 Ukuran panggul dalam
• Conjugate vera, dengan periksa dalam diperoleh conjugate diagonalis 1,5-11 cm
• Conjugata transversa 12-13 cm
• Conjugata obliqua 13 cm
• Conjugata obstetrika adalah jarak bagian tengah simpisis ke promontorium
h. Inklinasi pelvis
Adalah sudut yang dibentuk dengan horizon bila wanita berdiri tegak dengan inlet 55-60 derajat
i. Jenis panggul (menurut Caldwell & moloy 19933)
• Ginekoid : paling ideal, bulat
• Android : panggul pada pria, segitiga
• Anthropoid : agak lonjong seperti telur
• Platipeloid : picak, menyempit arah muka belakang
b) Jalan lahir lunak.
Jalan lahir lunak yang berperan dalam persalinan adalah : segmen bawah rahim, serviks uteri, vagina. Disamping itu otot-otot, jaringan ikat dan ligament yang menyokong alat-alat urogenital.

o PASANGER
Yaitu faktor yang ada pada janin
• Janin dan placenta
Janin :
Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin
Tulang tengkorak (kranium)
Bagian muka dan tulang dasar tengkorak
 Os nasalis
 Os maksilaris
 Os mandibularis
 Os zigomatik
Bagian tengkorak
 Os frontalis
 Os parietalis
 Os temporalis
 Os ocipitalis
Sutura
 Sutura sagittalis
 Sutura koronaria
 Sutura lamboidea
 Sutura frontalis
Ubun-ubun
 Ubun-ubun besar
 Ubun-ubun kecil
Daerah-daerah
 Sinsiput (depan kepala)
 Vertex (puncak kepala)
 Occiput (belakang kepala)
Ukuran diameter
 D. occipito-frontalis 12 cm (LPK)
 D. mento-occipitalis 13,5 cm (letak dahi)
 D. suboccipito-bregmatika 9,5 cm (LBK)
 D. biparietalis 9,25 cm
 D. bitemporalis 8 cm
Ukuran cirkumferensia
 Circ. Fronto-occipstalis 34 cm (LPK)
 Circ. Mento-occipitalis 35 cm ( LD)
 Circ. Suboccipito-bregmatika 32 cm (LBK)
Planum (bidang)
 Plan. Fronto-occipitalis 34 cm(LPK)
 Plan. Maxilo-parietalis 35 cm (LD)
 Plan. Tracheo-parietalis 34 cm(letak muka)
Ukuran badan lain dari janin
• Bahu : jarak 12 cm, lingkaran 34 cm
• Bokong : jarak trochanter 9,5-10 cm.

3. MEKANISME PERSALINAN
Mekanisme persalinan adalah rentetan gerakan pasif dari fetus melalui jalan lahir .
Beberapa istilah yang berhubungan dengan mekanisme persalinan,
 SITUS
Artinya letak , yaitu hubungan antara garis memanjang anak dengan garis memanjang uterus.
 HABITUS
Artinya sikap, yaitu hubungan antara kepala dan anggota badan terhadap tubuh, yang perlu diingat adalah sikap fleksi yaitu menunduk atau defleksi yaitu menengadah.
 PRESENTASI
Adalah bagian anak yang berada di uterus segmen bawah.
 PRESENTING PART
Adalah bagian yang terdepan dari anak yang akan lahir lebih dulu.

 POSISI
• Hubungan punggung anak terhadap uterus ibu
• Hubungan bagian yang terdepan dari anak terhadap kuadran dari panggul ibu.
 OCCIPUT
Yaitu daerah kepala dari ubun-ubun kecil ke bawah sampai tengkuk.
 SYNSIPUT
Adalah daerah kepala dari ubun-ubun besar ke atas sampai dahi anak.
 ACYNCLITISMUS POSTERIOR
Yaitu bila tulang ubun-ubun belakang lebih rendah daripada tulang ubun-ubun depan.
 CYNCLITISMUS
Yaitu bila tulang ubun-ubun depan dan belakang dengan gerakan itu sama tingginya.
 ACYNCLITISMUS ANTERIOR
Yaitu bila tulang ubun-ubun depan lebih rendah daripada tulang ubun-ubun belakang.

Tahapan mekanisme persalinan
1) Engagement, kepala janin terfiksir pada PAP
2) Descent (penurunan), penurunan dilakukan oleh satu atau lebih kekuatan yaitu: 1) tekanan cairan amnion, 2) tekanan langsung fundus uteri,pada bokong kontraksi otot abdomen, 3) ekstensi dan pelurusan badan janin.
3) Fleksi, pada gerakan ini dagu dibawa lebih dekat kearah dada janin.
4) Rotasi internal, kepala mengadakan putaran paksi dalam.
5) Ekstensi,
6) Rotasi eksterna, kepala mengadakan putaran paksi luar.
7) Ekspulsi total, pengeluaran seluruh tubuh janin.

Kala dalam persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
a) Kala I (kala pembukaan)
In partu ditandai dengan keluarnya bloodyshow karena serviks membuka dan mendatar.
Kala pembukaan dibagi 2 fase, yaitu :
1. Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.
2. Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase
• Periode akselerasi ; berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm
• Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm
• Periode deselerasi : berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.
Proses membukanya serviks disebut dengan beberapa istilah : melembek (softening), menipis (thinned out), oblitrasi (obliterated), mendatar dan tertarik (effaced and taken up), membuka (dilatation)

Perbedaan fase- fase pada primigravida dan multigravida
Primigravida Multigravida
Serviks mendatar dulu baru dilatasi Mendatar dan membuka bisa bersamaan
Berlangsung 13-14 jam Berlangsung 6-7 jam

b) Kala II (kala pengusiran)
 Kala pengeluaran janin his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit
 Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan.
 Karena tekanan pada rectum ibu merasa seperti ingin BAB, dengan tanda anus membuka,
 Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan vulva membuka dan perineum meregang.
 Dengan his mengejan yang terpimpin akan lahirlah kepala diikuti ole seluruh badan janin.
 Kala II pada primigravida 1- 2 jam, pada multigravida ½-1 jam

c) Kala III ( kala pengeluaran uri)
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan placenta pada lapisan nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim.
Lepasnya placenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda :
 Uterus menjadi bundar
 Uterus terdorong keatas, karena placenta dilepas ke SBR
 Tali pusat bertambah panjang
 Terjadi perdarahan
Bentuk pelepasan placenta :
o Secara SCHULTZE
Pelepasan plasenta dari tengah,sehingga plasenta lahir diikuti oleh pengeluaran darah.
o Secara DUNCAN
Pelepasan plasenta dari tepi, sehingga terjadi perdarahan dan diikuti oleh pelepasan plasenta.
o Bentuk kombinasi pelepasan plasenta
Tanda-tanda plasenta telah lepas :
- Terjadi kontraksi rahim, sehingga rahim membulat, keras, dan terdorong keatas
- Plasenta didorong ke arah SBR
- Tali pusat bertambah panjang
- Terjadi perdarahan mendadak

Pemeriksaan untuk mengetahui bahwa plasenta sudah lahir :
 Perasat kustner
Tali pusat dikencangkan, tangan ditekankan diatas simpisis, bila tali pusat masuk kembali berarti plasenta belum lepas.
 Perasat klein
Parturien disuruh mengejan sehingga tali pusat ikut serta turun atau memanjang. Bila mengejan dihentikan dapat terjadi :
• Tali pusat tertarik kembali, berarti plasenta belum lepas
• Tali pusat tetap ditempat berarti plasenta sudah lepas.
 Perasat strasman
Tali pusat dikencangkan dan rahim diketok-ketok, bila getarannya sampai pada tali pusat berarti plasenta belum lepas.

d) Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1-2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu.
Yang perlu diperhatikan :
• Keadaan umum ibu
• Kontraksi uterus
• Jumlah perdarahan
• Keadaan kandung kemih




Lamanya persalinan pada primigravida dan multigravida
Primi Multi
Kala I 13 jam 7 jam

Kala II 1 jam ½ jam

Kala III ½ jam ¼ jam

Lama persalinan 14 ½ jam 7 ¾ jam


B. ASUHAN PERSALINAN KALA I
Definisi
Persalinan kala I dimulai setelah his adekuat dan serviks mulai membuka hingga lengkap (10 cm).Proses ini berlangsung 18-24 jam, terbagi dalam 2 fase,yaitu:
1. Fase laten
 Pembukaan serviks kurang dari 4 cm
 Serviks membuka secara perlahan
 Fase laten berlangsung tidak lebih dari 8 jam
2. Fase aktif
 Pembukaan serviks 4 cm hingga 10 cm
 His lebih kuat dan serviks membuka dengan cepat
 Fase aktif tidak boleh lebih dari 6 jam

Diagnosis Inpartu
Tanda dan gejala:
 His sudah teratur, frekuensi minimal 2kali dalam 10 menit
 Penipisan dan pembukaan serviks
 Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah

His pada persalinan kala satu fase aktif dianggap adekuat bila:
 His bersifat teratur minimal 2 kali dalam 10 menit dan berlangsung sedikitnya 40 detik.
 Uterus mengeras pada waktu kontraksi, sehingga tidak didapatkan cekungan lagi bila dilakukan penekanan dengan ujung jari.
 Serviks membuka.

Perubahan fisik ibu
1. ibu akan merasa sakit didaerah pinggang dan perut
2. ibu akan merasa kurang enak, capai, lesu.
3. setelah bersalin keadaan ibu akan berubah menjadi lebih gemuk, perubahan perubahan fisik lainnya.

Perubahan psikologis ibu
1. ibu merasa ketakutan sehubungan dengan dirinya sendiri yaitu takut kalo terjadi bahaya atas dirinya pada saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya.
2. ketakutan yang dihubungkan dengan pengalaman yang lalu, misal: mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu.
3. ketakutan karena anggapan sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal yang membahayakan.
4. disamping adanya perasaan takut, terjadi pula perasaan gembira akan segera melihat wajah anaknya yang dinantikan.

Menyiapkan kelahiran
Tujuan :
1) Menyiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi
2) Menyiapkan semua perlengkapan, bahan-bahan dan obat esensial.
3) Menyiapkan rujukan
4) Memberikan asuhan sayang ibu selama persalinan
5) Melakukan upaya pencegahan infeksi (PI) yang direkomendasikan.

Ad.1 Menyiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahirn bayi:
Dimanapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, hal-hal pokok yang diperlukan :
• Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik.
• Sumber air bersih bersih yang mengalir
• Air DTT
• Air bersih yang cukup, klorin, detergen,kain pembersih,kain pel,dan sarung tangan karet.
• Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong.
• Tempat yang lapang
• Penerangan yang cukup
• Tempat tidur yang bersih untuk ibu
• Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan pada BBL
• Meja yang bersih untuk menaruh peralatan persalinan.

Ad.2 Menyiapkan semua perlengkapan,bahan-bahan dan obat esensial :
Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan dan dalam keadaan siap pakai untuk setiap persalinan dan kelahiran.
Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi :
• Periksa semua peralatan sebelum dan sesudah memberikan asuhan,ganti peralatan yang rusak / hilang dengan segera.
• Periksa semua obat dan bahan sebelum dan sesudah menolong ibu bersalin dan melahirkan.
• Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan sudah bersih dan siap pakai,partus set, heacting set, alat resusitasi BBL sudah dalam kondisi DTT/ steril.

Ad.3 Menyiapkan rujukan :
Jika terjadi penyulit, keterlambatan untuk merujauk ke fasilitas kesehatan yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu dan /atau bayi. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan keperawatan dan hasil penilaian.

Ad.4 Memberikan asuhan sayang ibu :
Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk :
• Memberikan dukungan emosional
• Membantu pengaturan posisi
• Memberikan cairan dan nutrisi
• Keleluasaan untuk ke kamar mandi secara teratur
• Pencegahan infeksi

Ad.5 Melakukan upaya pencegahan infeksi :
Menjaga lingkungan yang bersih merupakan hal penting dalam mewujudkan kelahiran yang bersih dan aman bagi ibu dan bayinya.
Pencegahan infeksi sangat penting dalam menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan BBL. Upaya dan ketrampilan dalam melaksanakan prosedur PI yang baik akan melindungi penolong persalinan terhadap risiko infeksi.

Pengkajian awal pada ibu dalam persalinan
LIHAT • Tanda-tanda perdarahan, mekoneum atau bagian
organ yang lahir.
• Tanda bekas operasisesar terdahulu.
• Ibu yang warna kulitnya kuning atau kepucatan•
TANYA  Kapan tanggal perkiraan persalinan
 Menentukan ibu sudah waktunya melahirkan
atau belum

PERIKSA • Tanda-tanda penting untuk hipertensi
• DJJ untuk bradikardi





Penilaian selanjutnya adalah :
KEMAJUAN PERSALINAN KONDISI IBU KONDISI JANIN
RIWAYAT PERSALINAN:
 Permulaan timbulnya kontraksi uterus/ his
 Selaput ketuban utuh atau robek
 Darah lender
 Perdarahan
 Masalah yang pernah ada pada kehamilan dulu,seperti perdarahan post partum
 Terakhir kali makan atau minum
 Lama istirahat/ tidur

PEMERIKSAAN ABDOMEN :
 Tinggi fundus uteri
 Tanda bekas operasi
 Kontraksi :
- Frekuensi
- Lamanya
- Kekuatannya
 Penurunan kepala

PEMERIKSAAN VAGINA:
 Pembukaan serviks
 Penipisan serviks
 Ketuban
 Anggota tubuh yang sudah tampak
MENGKAJI KARTU/CATATAN ASUHAN ANC:
• Riwayat kehamilan
• Riwayat kebidanan
• Riwayat medik
• Riwayat sosial

Jika kartu/catatan asuhan ANC tidak ada, dapatkan riwayat kehamilan dan kebidanan.

PEMERIKSAAN UMUM :
• Tanda-tanda vital
• Berat badan
• Oedema
• Kondisi puting susu
• Kandung kemih
• Pemberian makanan/ minuman.

PEMERIKSAAN LABORAT :
• Urine, warna, kejernihan, bau, protein
• Darah: hemoglobin

PEMERIKSAAN PSIKO SOSIAL:
• Perubahan perilaku
• Tingkat energi
• Kebutuhan akan dukungan  Gerakan janin

Jika selaput ketuban pecah maka periksalah:
 Warna cairan ketuban
 Kepekatan cairan ketuban
 Jumlah/ banyaknya cairan ketuban










 Letak janin
 Besar janin
 Tunggal/ kembar
 Gerakan janin/ denyut jantung





 POSISI JANIN
- Penurunan bagian terendah
- Molding/ molase


Pemantauan
Frekuensi minimal penilaian dan intervensi dalam persalinan normal
Parameter
Frekuensi pada fase laten Frekuensi pada fase aktif
Tekanan darah
Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu badan
Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit

Denyut jantung janin Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam



Pengelolaan/ penanganan
Tindakan yang dilakukan:
Tindakan Deskripsi
Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu selama proses persalinan Seperti suami, keluarga, atau teman dekat.
Dukungan yang dapat diberikan:
• Mengusap keringat
• Menemani/membimbing jalan
-jalan (mobilisasi)
• Memberikan minum
• Merubah posisi
Mengatur aktivitas dan posisi ibu  Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai dengan kesanggupannya.
 Posisi sesuai dengan keinginan ibu, namun bila ibu ingin ditempat tidur sebaiknya tidak
Dianjurkan tidur dalam posisi terlentang lurus

Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his Ibu diminta menarik nafas panjang, tahan nafas sebentar, kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu ada his

Menjaga privasi ibu Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seijin ibu.

Penjelasan tentang
kemajuan persalinan Menjelaskan kemajuan persalinan,perubahan yang terjadi dalam tubuh ibu, serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan.


.Menjaga kebersihan diri Membolehkan ibu untuk mandi
Menganjurkan ibu membasuh sekitar kemaluannya setelah BAK/BAB

Mengatasi rasa panas Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, dapat diatasi dengan:
Gunakan kipas angin/ AC dalam kamar.
Menggunakan kipas biasa
Menganjurkan ibu untuk mandi

Masase Jika ibu suka lakukan pijatan/masase pada punggung atau mengusap perut dengan lembut

Pemberian cukup minum Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi

Mempertahankan kandung kemih tetap kosong Sarankan ibu untuk berkemih
sesering mungkin

Sentuhan Disesuaikan dengan keinginan ibu, memberikan sentuhan pada salah satu bagian tubuh yang bertujuan untuk mengurangirasa kesendirian ibuselama proses persalinan



Kebiasaan yang lazim dilakukan namun tidak menolong/ bahkan dapat membahayakan:
 Enema (urus-urus/ memompa) sebagai tindakan rutin.
 Mencukur rambut daerah kemaluan sebagai tindakan rutin.
 Kateterisasi kandung kemih sebagai tindakan rutin.
 Tidak memberikan makanan dan minuman.
 Memisahkan ibu dengan orang-orang yang berarti dan pemberi dukungan.
 Posisi terlentang.
 Mendorong abdomen.
 Mengejan sebelum pembukaan lengkap.

Menggunakan Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah :
• Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam.
• Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong untuk :
- Mencatat kemajuan persalinan
- Mencatat kondisi ibu dan janin
- Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
- Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit.
- Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.
Partograf harus digunakan :
• Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan.
• Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat.
• Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran.

Pencatatan selama fase laten persalinan :
Selama fase laten persalinan semua asuhan , pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Dapat direkam secara terpisah dalam catatan kemajuan persalinan atau pada KMS ibu hamil.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :
 DJJ
 Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus (his)
 Pembukaan serviks
 Penurunan kepala
 Tekanan darah dan suhu
 Produksi urine, aceton dan protein

Pencatatan selama fase aktif persalinan : Partograf
A Informasi tentang ibu
 Nama, umur
 Gravida, para, abortus
 Nomor catatan medis/ nomor puskesmas
 Tanggal dan waktu mulai dirawat
 Waktu pecahnya selaput ketuban
B Kondisi janin
 DJJ
 Warna dan adanya air ketuban
 Penyusupan ( molase) kepala janin
C Kemajuan persalinan
 Pembukaan serviks
 Penurunan bagian terbawah janin/ presentasi janin
 Garis waspada dan garis bertindak
D Jam dan waktu
 Waktu mulainya fase aktif persalinan
 Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
E Kontraksi uterus
 Frekuensi dan lamanya
F Obat-obatan yang diberikan
 Oksitosin
 Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
G Kondisi ibu
 Nadi, tekanan darah dan temperatur
 Urine (volume, aseton/ protein)
H Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Dicatat dalam kolom yang tersedia disisi partograf atau dicatatan kemajuan persalinan.

Pencatatan temuan pada partograf :
• Denyut jantung janin, catat setiap 1 jam.
• Air ketuban, catat warna air ketuban:
- U : selaput utuh
- J : selaput pecah, air ketuban jernih
- M : air ketuban bercampur mekoneum
- D : air ketuban bernoda darah
- K : tidak ada air ketuban/ kering
• Perubahan bentuk kepala
- 0 : sutura terpisah
- 1 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/ bersesuaian
- 2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
- 3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
• Pembukaan servik
Dinilai tiap 4 jam dan diberi tanda X
• Penurunan
Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba pada pemeriksaan abdomen diatas simpisis pubis, catat dengan tanda lingkaran O pada setiap periksa dalam.
• Waktu
Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima.
• Jam
Catat jam sesungguhnya.
• Kontraksi
Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik.
- Kurang dari 20 detik
- Antara 20- 40 detik
- Lebih dari 40 detik

• Oksitosin
Jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin per volume cairan infuse dan dalam tetesan per menit.
• Obat yang diberikan
Catat semua obat lain yang diberikan
• Nadi
Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar ( ).
• Tekanan darah
Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah.
Suhu badan
Catatlah setiap 2 jam
• Protein, aseton, dan volume urine

Anamnesis dan pemeriksaan rutin bagi ibu bersalin
a. ANAMNESIS
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan dan kehamilan.
Tanyakan pada ibu :
• Nama, umur dan alamat
• Gravida dan para
• HPHT
• HPL
• Alergi obat-obatan
• Riwayat kehamilan sekarang
- Apakah ibu pernah ANC ?
- Apakah pernah mendapat masalah selama kehamilannya (perdarahan, hipertensi)?
- Kapan mulai kontraksi?
- Apakah kontraksi teratur, seberapa sering?
- Apakah ibu masih merasakan gerakan janin?
- Apakah kulit ketuban sudah pecah? Jika ya apa warnanya, kental/ encer, kapan pecah? (periksa perineum ibu dan lihat air ketuban dipakaiannya
- Apakah keluar cairan bercampur darah dari vagina ibu? Apakah berupa bercak darah atau darah segar pervaginam?
- Kapan terakhir ibu makan dan minum?
- Apakah ibu mengalami kesulitan berkemih?
• Riwayat kehamilan sebelumnya
- Apakah ada masalah selama persalinan atau kelahiran yang lalu?
- Berapa berat badan bayi paling besar pernah dilahirkan ?
- Apakah ibu mempunyai masalah dengan bayi sebelumnya?
• Riwayat medis
• Masalah medis saat ini
• Pertanyaan lain yang belum jelas

b. PEMERIKSAAN FISIK
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kesehatan dan kenyamanan fisik ibu dan bayinya.
Langkah-langkah pemeriksaan fisik :
1. cuci tangan sebelum memulai pemeriksaan fisik
2. bersikaplah lembut dan sopan, tentramkan hati ibu dan Bantu ibu agar merasa nyaman.
3. minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya
4. nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat kegelisahan atau nyeri, warna konjungtiva, kebersihan, status nutrisi,dan kecukupan air.
5. nilai TTV ibu, agar akurat lakukan pemeriksaan diantara dua kontraksi
6. lakukan periksa abdomen
7. lakukan periksa dalam.

c. PEMERIKSAAN ABDOMEN
Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :
1. menentukan TFU
pastikan tidak terjadi kontraksi selama penilaian, ukur TFU dengan pita pengukur, mulai dari tepi atas simpisis pubis, rentangkan hingga ke puncak fundus uteri mengikuti aksis atau linea medialis pada abdomen. Pita pengukur harus menempel pada kulit abdomen. Jarak antara tepi atas simpisis dan puncak fundus uteri adalah tinggi fundus uteri.
2. memantau kontraksi
gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk memantau kontraksi uterus. Letakkan tanagn dengan hati-hati diatas perut ibu dan rasakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi berlangsung. Pada fase aktif minimal terjadi 2 kontraksi dalam 10 menit, lama kontraksi 40 detik atau lebih. Diantara 2 kontraksi dinding uterus melunak kembali dan mengalami relaksasi.
3. memantau DJJ
gunakan jaurm detik yang ada pada dinding atau jam tangan dan sebuah fetoskop pinnards atau Doppler untuk memantau DJJ . dengan fetoskop dengarkan DJJ yang dihantarkan melalui dinding abdomen. Tentukan titik tertentu pada dinding abdomen dimana DJJ terdengar paling kuat. Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulailah penilaian sebelum atau selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ minimal selama 60 detik, dengarkan sampai sedikitnya 30 detik terakhir setelah kontraksi berakhir.lakukan penilaian DJJ tersebut pada lebih dari satu kontraksi. Jika DJJkurang dari 120 atau lebih dari 160, pertimbangkan adanya gangguan utero-plasenter pada janin. Jika DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 per menit baringkan ibu miring ke kiri dan anjurkan ibu untuk santai. Lakukan penilaian ulang denyut jantung 5 menit kemudian untuk menentukan apakah DJJ tetap abnormal.
4. menentukan presentasi
untuk menentukan presentasi bayi
• berdiri disamping ibu menghadap kearah kepalanya (pastikan lutut ibu ditekuk)
• dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan (hati-hati tapi mantap) pegang bagian bawah abdomen ibu tepat diatas simpisis pubis. Bagian terbawah janin atau presentasi dapat diraba diantara ibu jari dan jari tengah
• jika bagian terbawah janin belum masuk kedalam rongga panggul, bagian tersebut masih bisa digerakan. Jika bagian terbawah janin sudah masuk panggul maka bagian tersebut tidak dapat digerakkan lagi.
• Untuk menentukan apakah presentasi adalah kepala atau bokong, pertimbangkan bentuk, ukuran,dan kepadatan bagian tersebut. Jika bulat, keras dan mudah digerakkan presentasi kepala, atau jika tidak beraturan, lebih besar, tidak keras dan sulit digerakkan mungkin bokong.
5. menentukan bagian terbawah janin
akan lebih nyaman bagi ibu jika penurunan kepala janin ditentukan melalui pemeriksaan abdomen dibandingkan dengan pemeriksaan dalam. Menilai penurunan melalui palpasi abdomen juga memberikan informasi mengenai kemajuan persalinan dan membantu mencegah pemeriksaan dalam yang tidak perlu.

Nilai penurunan kepala janin dengan hitungan per lima bagian kepala janin yang bisa dipalpasi diatas simpisis pubis (ditentukan oleh jumlah jari yang bisa ditempatkan dibagian kepala diatas simpisis pubis)

Kepala janin adalah :
• 5/5 jika keseluruhan kepala janin dapat diraba diatas simpisis pubis
• 4/5 jika sebagian besar kepala janin berada diatas simpisis pubis
• 3/5 jika hanya 3 dari 5 jari bagian kepala janin teraba diatas simpisis pubis
• 2/5 jika hanya 2 jari dari 5 jari bagian kepala janin berada diatas simpisis pubis
• 1/5 jika hanya sebagian kecil kepala dapat diraba diatas simpisis pubis
• 0/5 jika kepala janin tidak teraba dari luar atau seluruhnya sudah melalui simpisis pubis.

d. PEMERIKSAAN DALAM
Sebelum melakukan periksa dalam , tangan dicuci dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk berkemih dan membasuh region genetalia dengan sabun dan air bersih. Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Tentramkan hati ibu dan anjurkan ibu untuk rilek. Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan dilakukan.
Langkah-langkah pemeriksaan dalam :
i. Tutupi badan ibu sebaik mungkin dengan sarung dan selimut
ii. Minta ibu berbaring terlentangdengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan
iii. Menggunakan sarung tangan DTT atau steril pada saat melakukan pemeriksaan
iv. Menggunakan kapas atau kasa DTT yang dicelupkan ke air DTT. Membasuh labia secara hati-hati,seka dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi feses
v. Memeriksa genetalia eksterna, apakah terdapat luka/ masa, termasuk kondilomata, varikositas vulva dan rectum, atau luka parut pada perineum
vi. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah terdapat bercak darah, perdarahan pervagina atau mekoneum
vii. Dengan hati-hati pisahkan labia dengan jari manis dan ibu jari tangan. Masukkan jari telunjuk dengan hati-hati, diikuti jari tengah. Pada saat kedua jari berada dalam vagina jangan mengeluarkannya sebelum pemeriksaan selesai. Jika ketuban belum pecah jangan lakukan amniotomi
viii. Nilai vagina, luka parut lama divagina bisa memberikan indikasi luka atau episiotomi sebelumnya, hal ini mungkin menjadi informasi penting pada saat kelahiran bayi



ix. Nilai pembukaan dan penipisan serviks
x. Pastikan tali pusat umbilicus dan atau bagian-bagian kecil tidak teraba pada saat melakukan pemeriksaan pervaginam
xi. Nilai penurunan janin dan tentukan apakah kepala sudah masuk rongga panggul. Bandingkan penurunan kepala dengan temuan-temuan dari pemeriksaan luar untuk menentukan kemajuan persalinan
xii. Jika kepala dapat dipalpasi, raba fontanela dan sutura sagitalis untuk menilai penyusupan tulang kepala dan atau tumpang tindihnya dan apakah kepala janin sesuai dengan diameter jalan lahir
xiii. Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan kedua jari dengan hati-hati, celupkan sarung tangan ke dalam larutan dekontaminasi, lepaskan sarung secara terbalik dan rendam dalam larutan dekontaminasi selama 10 menit
xiv. Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk bersih dan kering
xv. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman
xvi. Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
























Mengenali Maslah dan Penyulit Dini

Pada saat memberikan asuhan kepada ibu yang sedang bersalin, penolong harus selalu waspada terhadap masalah atau penyulit yang mungkin terjadi. Ingat bahwa menunda pemberian asuhan kegawatdaruratan akan meningkatkan resiko kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir. Selama anamnesis dan pemeriksaan fisik , tetap waspada terhadap indikasi-indikasi seperti yang tertera pada table di bawah ini dan lakukan tindakan segara. Lakukan langkah dan tindakan yang sesuai untuk memastikan proses persalinan yang aman bagi ibu dan keselamatan bagi bayi yang dilahirkan.

Table : Indikasi-indikasi untuk melakukan tindakan dan/atau rujukan segera selama kala satu persalinan
Temuan-temuan anamnesis dan/atau pemeriksaan Rencana untuk asuhan atau perawatan
Riwayat bedah sesar 1. Segera rujuk ibu yang mempunyai kemampuan untuk melakukan bedah sesar
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat
Perdarahan pervaginam selain dari lendir bercampur darah (show) Jangan Lakukan Pemeriksaan Dalam
1. Baringkan ibu ke sisi kiri
2. Pasang infuse menggunakan jarum bediameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau cairan garam fisiologis (NS)
3. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan
Kurang dari 37 minggu (persalinan kurang bulan) 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan beri dukungan serta semangat
Ketuban pecah disertai dengan mekonium kental 1. Baringkan ibu miring ke kiri
2. Dengarkan DJJ
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai kemampuan penatalaksanaan untuk melakukan bedah sesar
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan bawa partus set, kateter penghisap lendir DeLee dan handuk/kain untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi kalau ibu melahirkan di jalan

Ketuban pecah bercampur dengan sedikit mekonium disertai tanda-tanda gawat janin 1. Dengarkan DJJ, jika ada tanda-tanda gawat janin laksanakan asuhan yang sesuai (lihat di bawah)
Ketuban telah pecah (lebih dari 24 jam)
Atau
Ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu) 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan melaksanakan asuhan kegawatdaruratan obstetric
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dberikan dukungan serta semangat
Tanda-tanda atau gejala infeksi :
suhu tubuh > 38ºC
menggigil
nyeri abdomen
cairan ketuban yang berbau 1. Baringkan ibu miring ke kiri
2. Pasang infuse menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau cairan garam fisiologis (NS) dengan tetesan 125ml/jam
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan serta semangat
Tekanan darah lebuh dari 160/110 mmHg dan/atau terdapat protein dalam urin (PEB) 1. Baringkan ibu miring ke kiri
2. Pasang infuse menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS
3. Jika mungkin berikan dosisi awal 4g MgSO4 20% i.v selama 20 menit
4. Suntikkan 10g MgSO4 50% (5g i.m pada bokong kiri dan kanan)
5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kapabilitas asuhan kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir
6. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan
Tinggi fundus 40cm atau lebih (makrosomia, polihidramnion, kehamialan ganda) 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan
Alasan : Jika diagnosisnya adalah polihidramnion, mungkin ada masalah-masalah lain dengan janinnya. Dengan adanya makrsomia, resiko distosia bahu dan perdarahan pasca persalinan akan lebih besar


DJJ < 100 atau > 180 kali/menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit (gawat janin) 1. Baringkan ibu untuk miring ke kiri dan anjurkan untuk bernafas secara teratur
2. Pasang infuse menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau cairan garam fisiologis (NS) dengan tetesan 125ml/jam
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan
Primipara dalam persalinan fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 5/5 1. Baringkan ibu miring ke kiri
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan
Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang, dll) 1. Baringkan ibu miring ke kiri
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan
Presentasi ganda/majemuk (adanya bagian janin, seperti misalnya lengan atau tangan, bersamaan dengan presentasi belakang kepala) 1. Baringkan ibu dengan posisi lutut menempel ke dada atau miring ke kiri
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan
Tali pusat membumbung (jika tali pusat masih berdenyut) 1. Gunakan sarung tangan DTT, letakkan satu tangan di vagina dan jauhkan kepala janin dari tali pusat janin. Gunakan tangan yang lain pada abdomen untuk membantu menggeser bayi dan menolong bagian terbawah bayi tidak menekan tali pusatnya (keluarga mungkin dapat membantu)
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan
ATAU
1. Minta ibu untuk mngambil posisi bersujud dimana posisi bokong tinggi melebihi kepala ibu, hingga tiba ke tempat rujukan
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan
Tanda dan gejala syok :
a. Nadi cepat, lemah (lebih dari 110x/menit)
b. TD rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg)
c. Pucat
d. Berkeringat atau kulit lembab, dingin
e. Nafas cepat (lebih ari 30x/menit)
f. Cemas, bingung atau tak sadar
g. Produksi urin sedikit (kurang dari 30 ml/jam)
1. Baringkan ibu miring ke kiri
2. Jika mungkin naikkan kedua kaki untuk meningkatkan aliran darah ke jantung
3. Pasang infuse menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau cairan garam fisiologis (NS). Infuskan 1 liter dalam waktu 15-20 menit; jika mungkin infuskan 2 liter dalam waktu 1 jam pertama, kemudian turunkan tetesan menjadi 125ml/jam
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan
Tanda dan gejala persalinan dengan fase laten memanjang :
a. pembukaan serviks < 4 cm setelah 8 jam
b. kontraksi teratur (> 2x dalam 10 menit) 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan
Tanda dan gejala belum inpartu :
- Kurang dari 2 kontraksi dalam 10 menit, berlangsung kurang dari 20 detik
- Tidak ada perubahan serviks dalam waktu 1-2 jam 2. Anjurkan ibu untuk makan dan minum
3. Anjurkan ibu untuk bergerak bebas dan leluasa
4. Jika kontraksi berhenti dan/atau tidak ada perubahan serviks, evaluasi DJJ, jika tidak ada tanda-tanda kegawatan pada ibu dan janin dipersilahkan pulang dengan nasihat untuk :
- Menjaga cukup makan dan minum
- Datang untuk mendapatkan asuhan jika terjadi peningkatan frekuensi dan lama kontraksi


Tanda dan gejala partus lama :
- Pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (partograf)
- Pembukaan serviks < 1 cm per jam
- Kurang dari 2 kontraksi dalam waktu 10 menit, masing-masing berlangsung < 40 detik 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan


































C. ASUHAN PERSALINAN KALA II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
Tanda dan gejala kala II :
• Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
• Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau vaginanya
• Perineum terlihat menonjol
• Vulva, vagina dan spingterani terlihat membuka
• Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
Diagnosis kala II dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dalam yang menunjukkan :
• Pembukaan serviks telah lengkap
• Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina
Kategori Keterangan
Kala II berjalan baik Ada kemajuan penurunan kepala bayi
Kondisi kegawatdaruratan pada kala II Kondisi kegawatdaruratan membutuhkan perubahan dalam penatalaksanaan atau tindakan segera. Contoh kondisi tersebut termasuk : eklamsi, gawat janin, penurunan kepala terhenti, kelelahan pada ibu.

Dukungan persalinan, mengurangi rasa sakit, dan posisi dalam persalinan
Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung.
Lima kebutuhan seorang wanita dalam persalinan :
1. asuhan fisik dan psikologis
2. kehadiran seorang pendamping secara terus menerus
3. pengurangan rasa sakit
4. penerimaan atas sikap dan perilakunya
5. informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman

Metoda mengurangi rasa sakit yang diberikan secara terus menerus dalam bentuk dukungan adalah :
• sederhana
• efektif
• biayanya rendah
• resikonya rendah
• membantu kemajuan persalinan
• hasil kelahiran bertambah baik
• bersifat saying ibu
Pendekatan- pendekatan untuk mengurangi rasa sakit, menurut Varney’s midwifery :
 adanya seorang yang dapat mendukung dalam persalinan
 pengaturan posisi
 relaksasi dan latihan pernafasan
 istirahat dan privasi
 penjelasan mengenai proses/ kemajuan/ prosedur yang akan dilakukan
 asuhan diri
 sentuhan

Penny Simpkin menjelaskan cara-cara untuk mengurangi rasa sakit
• mengurangi rasa sakit langsung pada sumbernya
• memberikan rangsangan alternative yang kuat
• mengurangi reaksi mental negative, emosional, dan reaksi fisik ibu terhadap rasa sakit

Beberapa teknik dukungan untuk mengurangi rasa sakit adalah :
 kehadiran pendamping yang terus menerus, sentuhan yang nyaman dan dorongan dari orang yang mendukung
 perubahan posisi dan pergerakan
 sentuhan dan masase
 counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligament sacroiliaka
 pijatan ganda pada pinggul
 penekanan pada lutut
 kompres hangat dan kompres dingin
 berendam
 pengeluaran suara
 visualisasi dan pemusatan perhatian
 musik

Posisi untuk persalinan
Saat memberikan dukungan fisik dan emosional dalam persalinan, atau membantu
keluarga untuk memberikan dukungan persalinan, bidan/ tenaga kesehatan lainnya
harus melakukan semua dengan bersifat sayang ibu, meliputi :
• aman, sesuai evidence based, dan memberikan sumbangan pada keselamatan jiwa ibu
• memungkinkan ibu merasa aman, nyaman, secara emosional merasa didukung dan didengarkan
• menghormati praktek-praktek budaya, keyakinan agama, dan ibu / keluarganya sebagai pengambil keputusan
• menggunakan cara pengobatan yang sederhana sebelum memakai teknologi canggih
• memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat dipahami ibu

Posisi untuk persalinan
POSISI RASIONALISASI
Duduk atau setengah duduk Lebih mudah bagi penolong untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan mengamati/ mensupport perineum
Posisi merangkak Baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit
Membantu bayi melakukan rotasi
Peregangan minimal pada perineum
Berjongkok atau berdiri Membantu penurunan kepala bayi
Memperbesar ukuran panggul : menambah 28 % ruang outletnya
Memperbesar dorongan untuk meneran (bisa memberi kontribusi pada laserasi)
Berbaring miring ke kiri Memberi rasa santai bagi ibu yang letih
Memberi oksigenasi yang baik bagi bayi
Membantu mencegah terjadinya laserasi


Mengapa tidak boleh bersalin dalam posisi terlentang/ lithotomic?
• Dapat menyebabkan hipotensi yang mengakibatkan ibu pingsan dan hilangnya suplai oksigen bagi bayi
• Dapat menambah rasa sakit
• Bisa memperlama proses persalinan
• Lebih sulit bagi ibu untuk melakukan pernafasan
• Membuat buang air lebih sulit
• Membatasi pergerakan ibu
• Bisa membuat ibu merasa tidak berdaya
• Bisa membuat proses meneran menjadi lebih sulit
• Bisa menambah kemungkinan terjadinya laserasi pada perineum
• Bisa menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan punggung

Tindakan yang dilakukan selama kala II persalinan :
Tindakan Deskripsi dan keterangan
Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
Kehadiran seseorang untuk:
• Mendampingi ibu agar marasa nyaman
• Menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu
Dukungan dari atau pendamping selama persalinan berkaitan dengan hasil persalinan yang lebih baik
Menjaga kebersihan diri • Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi
• Bila ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan
Mengipasi dan masase Menambah kenyamanan bagi ibu
Memberikan dukungan mental Untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan ibu, dengan cara :
• Menjaga privasi ibu
• Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan
• Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu
Mengatur posisi ibu Dalam memimpin mengejan dapat dipilim posisi berikut :
• Jongkok
• Menungging
• Tidur miring
• Setengah duduk
Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengejan, kurangnya trauma vagina dan perineum dan infeksi
Menjaga kandung kemih tetap kosong Ibu dianjurkan untuk berkemih sesering mungkin, kandung kemih yang penuh dapat menghalangi kontraksi dan turunnya kepala kedalam rongga panggul. Jangan melakukan katerisasi kandung kemih secara rutin sebelum atau sesudah kelahiran bayi dan atau plasenta. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan apabila ibu tidak dapat berkemih sendiri dan kandung kemih penuh. Alasan : kateterisasi dapat menimbulkan rasa sakit, meningkatkan resiko infeksi dan kemungkinan luka pada saluran kemih
Memberika cukup minum Memberi tenaga pada ibu dan untuk mencegah dehidrasi
Memimpin mengejan Ibu dipimpin mengejan selama ada his, anjurkan ibu untuk mengambil nafas. Mengejan tanpa diselingi bernafas, kemungkinan dapat menurunkan pH pada arteri umbilicus yang dapat menyebabkan denyut jantung janin tidak normal dan nilai APGAR rendah.
Bernafas selama persalinan Minta ibu untuk bernafas selagi kontraksi ketika kepala akan lahir. Hal ini menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan.
Pemantauan denyut jantung janin Periksa DJJ setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak bradikardi (< 120). Selama mengedan yang lama akan terjadi pengurangan aliran darah dan oksigen ke janin
Melahirkan bayi • Menolong kelahiran kepala
- Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
- Menahan perineum dengan satu tangan lainnya bila diperlukan
- Mengusap muka bayi untuk membersihkan dari kotoran lendir darah
• Periksa tali pusat
- Bila lilitan tali pusat terlalu ketat, diklem pada dua tempat kemudian digunting diantara kedua klem tersebut, sambil melindungi leher bayi
• Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya
- Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi
- Lakukan tarikan lembut kebawah untuk melahirkan bahu depan
- Lakukan tarikan lembut keatas untuk melahirkan bahu belakang
- Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya kepunggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
- Pegang erat bayi agar jangan sampai jatuh.
Bayi dikeringkan dan dihangatkan dari kepala sampai seluruh tubuh Setelah bayi lahir segera dikeringkan dan diselimuti dengan menggunakan handuk atau sejenisnya, letakkan pada perut ibu dan berikan bayi untuk menetek
Merangsang bayi • Biasanya dengan melakukan pengeringan cukup memberikan rangsangan pada bayi
• Dilakukan dengan cara mengusap-usap pada bagian punggung atau menepuk telapak kaki bayi


Pemeriksaan yang berkesinambungan dan asuhan bagi ibu dan bayi selama kala II
Evaluasi terus menerus kesejahteraan ibu
• Periksa nadi setiap 15 menit dan tekanan darah setiap 30 menit
• Tanya ibu dan palpasi kandung kemih untuk memastikan kandung kemih kosong
• Hidrasi dan kondisi umum
- Perlukah ia minum ?
- Apakah ia letih ?
• Upaya meneran ibu
Apakah ia meneran dengan efektif dan secara fisiologis (dengan kontraksi pada waktu ia merasa ingin meneran)
Evaluasi secara terus menerus kesejahteraan janin
• Penurunan kepala janin, presentasi dan sikap
• Kondisi kepala, vertek (caput, molding)
• DJJ dan polanya
Asuhan dukungan :
• Meningkatkan perasaan aman dengan mendukung, mendorong, dan meyakinkan ibu
• Membantu pernafasan
• Membantu dalam teknik meneran
• Mengikutsertakan, menghormati anggota keluarga atau teman yang menemani
• Memberikan tindakan-tindakan yang menyenangkan seperti missal mengusap dahi
• Membiarkan dan membantu ibu minum antara selang waktu kontraksi
• Secara terus menerus mengamati prinsip-prinsip pencegahan infeksi serta dasar-dasar hygiene
• Memastikan kandung kemih kosong dengan membantu dan mondorong ibu mengosongkan secara teratur.
Pencegahan laserasi
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat bayi dilahirkan, terutama saat kelahiran kepala dan bahu. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu selama persalinan dan menggunakan manuver tangan yang tepat untuk mengendalikan kelahiran bayi serta membantu mencegah terjadi laserasi.kelahiran kepala yang terkendali dan perlahan memberikan waktu pada jaringan vagina dan perineum untuk melakukan penyesuaian dan akan mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Saat kepala mendorong vulva dengan diameter 5-6 cm, bimbing ibu untuk meneran dan berhenti untuk istirahat atau bernafas dengan cepat.

EPISIOTOMI
Definisi :
Adalah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah rupture perinea totalis.
Episiotomi rutin tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan :
• Meningkatnya jumlah darah yang hilang dan resiko hematoma
• Lebih sering meluas menjadi laserasi derajat tiga atau empat dibanding dengan laserasi derajat tiga atau empat yang terjadi tanpa episiotomi
• Meningkatnya nyeri paska persalinan
• Meningkatnya resiko infeksi

Indikasi untuk melakukan episiotomi :
Untuk mempercepat kelahiran bayi bila didapatkan
• Gawat janin
• Penyulit kelahiran pervaginam (sungsang, distosia bahu, ekstraksi forsep, ekstraksi vacuum)
• Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat kemajuan persalinan

Jenis episiotomi
• Episiotomi medialis, yaitu dengan membuat sayatan digaris tengah yang mengikuti garis alamiah insersi otot perineum.
- Manfaat
• Secara anatomis lebih alamiah
• Menghindari pembuluh-pembuluh darah dan syaraf, jadi penyembuhannya tidak terlalu sakit.
• Lebih mudah dijahit karena anatomis jaringan lebih mudah
- Bahaya
Jika meluas bisa memanjang mencapai sphincter anus
• Episiotomi mediolateral, yaitu membuat sayatan dimulai dari titik tengah fourchette dan diarahkan dengan sudut 45 derajat kearah titik pertengahan antara ischialtuberosity dan anus.
- Manfaat
Perluasan laserasi akan lebih kecil kemungkinannya mengenai sphincter anus
- Bahaya
• Penyembuhan terasa lebih sakit
• Lebih sulit dijahit
• Mungkin kehilangan darah lebih banyak

D. ASUHAN PERSALINAN KALA III
Fisiologi pada kala III persalinan :
Pada persalinan kala III otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta. Karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan menekuk, menebal, kemudian dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas plasenta akan turun ke bagian bawah uterus/ bagian atas vagina.

Tanda klinis dari pelepasan plasenta :
• Semburan darah
• Pemanjangan tali pusat
• Perubahan bentuk uterus : dari diskoid menjadi bentuk bundar (globular)
• Perubahan dalam posisi uterus : uterus naik didalam abdomen

Penatalaksanaan kala III persalinan :
→ Dengan manajemen aktif kala III
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkankontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan penetalaksanaan fisiologis.
Keuntungan manajemen aktif kala III :
• Kala III persalinan lebih singkat
• Mengurangi jumlah kehilangan darah
• Mengurangi kejadian retensio plasenta
Tiga langkah utama manajemen aktif kala III :
• Pemberian suntikan oksitosin
• Melakukan penegangan tali pusat terkendali
• Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (masase)

E. ASUHAN PERSALINAN KALA IV
Asuhan dan pemantauan pada kala IV
Setelah lahirnya plasenta :
• Lakukan rangsangan taktil
• Evaluasi TFU (tinggi fundus uteri)
• Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan
• Periksa perineum dari perdarahan aktif
• Evaluasi kondisi ibu secara umum
Memperkirakan kehilangan darah
Upaya terpenting adalah dengan memeriksa ibu secara berkala dan lebih sering

Memeriksa perineum
Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina.
Laserasi diklasifikasikan menjadi 4 :
a. Derajat I, bila laserasi mengenai mucosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum.
b. Derajat II, mengenai mucosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum.
c. Derajat III, mucosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot-otot perineum, otot sphincter ani eksternal.
d. Derajat IV, mucosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sphincter eksternal, dinding rectum anterior.

Prinsip penjahitan laserasi
Tujuan dari penjahitan perlukaan perineum/ episiotomi adalah :
 Untuk mendekatkan jaringan agar proses penyembuhan luka bisa terjadi
 Untuk menghentikan perdarahan

Pemantauan keadaan umum ibu
Selama 2 jam pertama paska persalinan
• Pantau tensi, nadi, suhu, TFU, kandung kemih, perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua
• Pemijatan uterus
• Pantau suhu
• Nilai perdarahan
• Ajarkan ibu dan keluarga cara menilai tonus dan perdarahan uterus
• Minta ibu dan keluarga memeluk bayinya, bersihkan ibu
• Lengkapi asuhan esensial BBL



















ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI BARU LAHIR


1. DEVINISI
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) dan berat badan lahir 2500- 4000 gram

2. CIRI-CIRI BAYI NORMAL
a. Berat badan 2500- 4000 gram
b. Panjang badan lahir 48-52 cm
c. Lingkar dada 30- 38 cm
d. Lingkar kepala 33- 35 cm
e. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180 kali per menit, kemudian baru menurun sampai 120-140 kali/ menit
f. Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80 kali/ menit,kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/ menit
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup terbentuk dan diliputi vernik caseosa
h. Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
i. Kuku telah agak panjang dan lemas
j. Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan), testis sudah turun (pada anak laki-laki)
k. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
l. Reflek moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti memeluk
m. Graff reflek sudah baik, apabila diletakkan sesuatu benda diatas telapak tangan, bayi akan menggenggam/ adanya gerakan refleks
n. Eliminasi baik, urine dan mekoneum akan keluar dalam 24 jam pertama, mekoneum berwarna hitam kecoklatan.

3. ADAPTASI FISIOLOGIS BAYI BARU LAHIR
• PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER
Denyut jantung cepat 120-160 denyut per menit dan berubah ubah sesuai dengan fungsi pernafasan dan kegiatan atau keadaan tidur si bayi. Sirkulasi periferal tersendat. Ini menyebabkan sianosis ringan pada tangan, kaki dan daerah sirkumoral dan terjadi perubahan warna jika kulit tersingkap. Tekanan darah berubah-ubah menurut kegiatan dan meningkat dari 50/25mmHg ke 70/40 mmHg dalam 10 hari pertama kehidupan.


• PERUBAHAN THERMOREGULASI/ SUHU
Ketika bayi lahir, bayi berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah dari
suhu didalam rahim ibu. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar 25 derajat
selsius maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, evaporasi
sebanyak 200 kal/ kg bb/ menit. Sedangkan produksi panas yang dihasilkan
tubuh bayi hanya 1/ 10 nya. Keadaan ini menyebabkan penurunan suhu tubuh
sebanyak 2 derajat selsius dalam waktu 15 menit, akibat suhu yang rendah
metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan oksigenpun meningkat.

• PERUBAHAN METABOLIK
Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar gula darah,
Untuk menambah energi pada jam-jam pertama setelah lahir diambil dari hasil
metabolisme asam lemak, bila karena sesuatu hal misalnya bayi mengalami
hipotermi, metabolisme asam lemak tidak dapat memenuhi kebutuhan pada
neonatus, maka kemungkinan besar bayi akan menderita hipoglikemia, missal
pada bayi BBLR, bayi dari ibu yang menderita DM, dan lain-lain.

• PERUBAHAN PERNAFASAN
Selama dalam uterus janin mendapat O2 dari pertukaran gas melalui plasenta.
Setelah bayi lahir pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.
Rangsangan untuk gerak pernafasan pertama ialah :
1. tekanan mekanis dari thorak sewaktu melalui jalan lahir
2. penurunan pa O2 dan kenaikan pa CO 2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotis
3. rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permukaan gerakan pernafasan
4. refleks deflasi hering breur
pernafasan pertama pada bayi baru lahir terjadi normal dalam waktu 30 detik setelah kelahiran, tekanan rongga dada bayi saat melalui jalan lahir pervagina mengakibatkan cairan paru-paru (pada bayi normal jumlahnya 80-100 ml) kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut, sehingga cairan yang hilang ini diganti dengan udara.
Paru-paru berkembang sehingga rongga dada kembali pada bentuk semula pernafasan pada neonatus terutama pernafasan diafragmatik dan abdominal dan biasanya masih tidak teratur frekuensi dan dalamnya pernafasan.

• PERUBAHAN ALAT-ALAT ORGAN DALAM
 GASTROINTESTINAL
System gastrointestinal pada bayi baru lahir cukup bulan relatif sudah matang. Sebelum lahir janin cukup bulan melakukan hisapan dan tindakan menelan. Reflek mutah dan batuk yang sudah sempurna tetap utuh pada saat lahir. Mekoneum, kendati steril mengandung kotoran cairan amnion, yang menegaskan bahwa janin telah menelan cairan amnion dan bahwa cairan tersebut telah melewati saluran gastrointestinal.

 GINJAL
Bayi baru lahir cukup bulan mempunyai beberapa kekurangan struktur dan fungsi pada system ginjal. Ginjal bayi baru lahir memperlihatkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan laju filtrasi glomerolus. Hal ini dapat menimbulkan dengan mudah retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus masih belum matang,yang dapat menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah besar dan ketidakseimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu melakukan pemekatan (konsentrasi) urine, yang dicerminkan pada berat jenis urine yang rendah (sebesar 1,004).
Bayi baru lahir mengekskresi sejumlah kecil urine pada 48 jam pertama kehidupan, sering kali hanya sebanyak 30-60 ml. Protein atau darah tidak boleh terdapat dalam urine bayi baru lahir. Para bidan harus senantiasa ingat bahwa masa abdomen yang ditemukan pada pemeriksaan fisik acapkali sebenarnya ginjal bias jadi sebuah tumor, pembesaran atau penyimpangan pertumbuhan ginjal.

4. PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR
 PENGKAJIAN FISIK
 APGAR SCORE
Klasifikasi Klinik
 Nilai 7- 10 : bayi normal
 Nilai 4- 6 : bayi asfiksi sedang
 Nilai 0-3 : bayi asfiksi berat

Table nilai APGAR
SKOR 0 1 2 ANGKA

A : appearance color (warna kulit) pucat Badan merah, ekstrimitas biru Seluruh tubuh kemerah-merahan

P : pulse (heart rate) (frekuensi jantung)
Tidak ada Dibawah 100 x /menit Diatas 100 x / menit
G : grimace (reaksi terhadap rangsangan) Tidak ada Sedikit gerakan mimik Menangis, batuk/ bersin



A : activity (tonus otot) Lumpuh Ekstrimitas dalam fleksi sedikit Gerakan aktif



R : respiration (usaha nafas) Tidak ada Lemah, tidak teratur Menangis kuat

 KEADAAN UMUM
Melihat cacat bawaan yang jelas tampak seperti hidrosefalus, mikrosefalus, anensefalus, keadaan gisi dan maturitas, aktifitas, tangis, warna kulit, perubahan vasomotor, kulit kering dan mengelupas, vernik caseosa, mongolion spot, hemangioma, limpangioma, kelainan kulit akibat trauma lahir, milia, erytema toksikum, tanda-tanda mekoneum staining pada kuku dan sikap bayi tidur
 Kepala : besar, bentuk, molding, sutura tertutup/ melebar, kaput suksedaneum, hematoma sefal, kraniotabes.
 Mata : perdarahan subconjungtiva, mata yang menonjol, katarak, dan lain-lain.
 Telinga : preaurical tag, kelainan daun/ bentuk telinga
 Mulut : labioskisis, labiognatopalatoskisis, tooth buds, dan lain-lain
 Leher : hematoma sternokleidomastoideus, duktus tiroglosus, higroma koli
 Dada : bentuk, pembesaran buah dada, pernafasan, retraksi interkostal, subkostal, sifoid, merintih, pernafasan cuping hidung, bunyi paru-paru (sonor, vesikuler, bronchial)
 Jantung : pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi jantung
 Abdomen : membuncit (pembesaran hati, limpa, tumor, asites), skafoid (kemungkinan bayi menderita hernia diafragmatika atau atresia esophagi tanpa fistula)
 Tali pusat : berdarah, jumlah pembuluh darah tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di pusat atau di selangkang.
 Alat kelamin : tanda- tanda hematoma karena letak sungsang, testis belum turun, fimosis, adanya perdarahan/ lendir pada vagina (vaginal discharge), besar dan bentuk klitoris dan labia minora, atresia ani.
 Tulang punggung : spina bifida, pilonidal sinus atau dimple.
 Anggota gerak : fokomelia, sindaktili, polidaktili, fraktur, paralisis, talipes, dan lain-lain.
 Keadaan neuromuskuler : reflek moro, reflek genggam, reflek rooting, tonus otot, tremor, jitterness.
 Lain-lain : mekoneum harus keluar dalam 24 jam sesudah lahir, bila tidak harus waspada terhadap atresia ani/ obstruksi usus. Urine harus ada pula dalam waktu 24 jam. Bila urine tidak ada dalam 24 jam harus diperhatikan kemungkinan obstruksi saluran kencing.


5. INTERVENSI DAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR
a PENATALAKSANAAN AWAL BAYI BARU LAHIR
Penatalaksanaan bayi baru lahir dimulai sejak proses persalinan hingga kelahiran bayi, dikenal sebagai ASUHAN ESENSIAL NEONATAL, yang meliputi :
1. persalinan bersih dan aman
2. memulai/inisiasi pernafasan spontan
3. stabilisasi temperatur tubah bayi/ menjaga tubuh bayi tetap hangat
4. ASI dini dan eksklusif
5. pencegahan infeksi
6. pemberian imunisasi

ad.1 PERSALINAN BERSIH DAN AMAN
Penatalaksanaan persalinan yang penting selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi yang baku (standar) dan ditatalaksana sesuai dengan ketentuan atau indikasi yang tepat.

ad.2 MEMULAI / INISIASI PERNAFASAN SPONTAN
Segera setelah bayi lahir dilakukan inisiasi pernafasan spontan dengan melakukan penilaian awal :
• Segera lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir secara cepat dan tepat (0- 30 detik)
• Evaluasi data yang terkumpul, buat diagnosis dan tentukan rencana asuhan bayi baru lahir
• Nilai kondisi bayi baru lahir secara tepat dengan mempertimbangkan atau menanyakan 5 pertanyaan :
- Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekoneum?
- Apakah bayi bernafas spontan?
- Apakah kulit bayi berwarna kemerahan?
- Apakah tonus / kekuatan otot bayi cukup?
- Apakah ini kehamilan cukup bulan?
• Bila kelima pertanyaan terjawab YA, maka bayi dapat diberikan pada ibu untuk segera menciptakan hubungan emosional, kemudian lakukan asuhan bayi baru lahir normal sebagai berikut :
 Keringkan bayi dengan kain / handuk yang bersih, kering dan hangat, kemudian lingkupi tubuh bayi dengan kain / handuk kering dan hangat yang lain
 Bersihkan mulut dan hidung bayi secukupnya. Tidak perlu dilakukan penghisapan lender.
 Hangatkan tubuh bayi ( selimuti dengan kain yang kering dan hangat, beri tutup kepala)
 Berikan bayi pada ibunya untuk membangun hubungan emosional dan perberian ASI secara dini.
• Bila salah satu atau lebih pertanyaan jawabannya TIDAK, maka segera lakukan langkah awal resusitasi bayi baru lahir.
• Rangsangan taktil
Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai refleks protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi.

ad.3 STABILISASI TEMPERATUR TUBUH BAYI
• Pencegahan kehilangan panas
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperature tubuhnya secara memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti, mungkin akan mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan yang relative hangat. Bayi premature atau berat badan lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia.
• Mekanisme kehilangan panas
Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir dapat terjadi melalui mekanisme :
 EVAPORASI
Adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi. Kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Hal yang sama dapat terjadi setelah bayi dimandikan.
 KONDUKSI
Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Bayi yang diletakkan diatas meja, tempat tidur / timbangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh akibat proses kondiksi.






 KONVEKSI
Kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan dalam ruang yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.
 RADIASI
Kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperature tubuh lebih rendah dari temperature tubuh bayi. Bayi akan mengalami kehilangan panas melalui cara ini, meskipun benda yang lebih dingin tersebut tidak bersentuhan langsung dengan tubuh bayi.
• Upaya untuk mencegah kehilangan panas
Kehilangan panas tubuh bayi dapat dihindarkan melalui upaya-upaya berikut ini :
 Keringkan bayi secara seksama
 Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
 Tutupi kepala bayi
 Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI
 Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
 Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat

Asuhan tali pusat
Mengikat tali pusat
Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan (jika tersedia) klem tali pusat pada puntung tali pusat.
• Basuh tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan chlorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya
• Bilas tangan dengan air matang atau air DTT
• Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan kering
• Ikat puntung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang DTT atau klem plastik tali pusat atau potongan slang karet infus (DTT atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepitkan secara mantap klem tali pusat tersebut.
• Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang di sekeliling puntung tali pusat dan lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan.
• Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan didalam larutan chlorin 0,5 %
• Selimuti kembali bayi dengan kain bersih dan kering. Pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik.

Menangani tali pusat
 Jangan membungkus pusar atau perut ataupun mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke puntung tali pusat, dan nasehati keluarga untuk tidak memberikan apapun pada pusar bayi
 Mengusapkan alcohol ataupun povidon iodine masih diperkenankan sepanjang tidak menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
 Beri nasehat pada ibu dan keluarganya sebelum penolong meninggalkan bayi :
 Lipat popok dibawah puntung tali pusat
 Jika puntung tali pusat kotor, cuci secara hati-hati dengan air matang (DTT) dan sabun. Keringkan secara seksama dengan kain bersih
 Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan perawatan jika pusar menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah
 Jika pusar menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah, segera rujuk bayi tersebut ke fasilitas yang mampu untuk memberikan asuhan bayi baru lahir secara lengkap.

ad.4 ASI DINI DAN EKSKLUSIF
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. Anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusukan bayinya segera setelah tali pusat diklem dan dipotong. Tentramkan ibu bahwa penolong akan membantu ibu menyusukan bayi setelah plasenta lahir dan penjahitan laserasi selesai dikerjakan. Anggota keluarga mungkin bisa membantunya untuk memulai pemberian ASI lebih awal. Setelah semua prosedur yang diperlukan diselesakan, ibu sudah bersih dan mengganti baju ibu, Bantu ibu untuk menyusukan bayinya.
Pemberian ASI memiliki beberapa keuntungan
Memulai pemberian ASI secara dini akan :
 Merangsang produksi ASI
 Memperkuat reflek menghisap (reflek menghisap awal pada bayi,paling kuat dalam beberapa jam setelah lahir). Memulai pemberian ASI secara dini akan memberikan pengaruh positif bagi kesehatan bayi.
 Mempromosikan hubungan emosional antara ibu dan bayinya
 Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolustrum
 Merangsang kontraksi uterus
Pedoman umum untuk ibu saat menyusui
 Mulai menyusui segera setelah lahir, dalam 30 menit pertama
 Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (missal air, madu, larutan air gula, atau pengganti susu ibu), kecuali ada indikasi yang jelas (atas alas an-alasan medis)
 Berikan ASI saja selama enam bulan pertama kehidupannya
 Beri ASI pada bayi sesuai dengan kebutuhannya, baik siang maupun malam (delapan kali atau lebih dalam 24 jam) selama bayi menginginkannya.
Posisi yang tepat untuk menyusui
Posisi yang tepat untuk bayi, sangat penting dalam menjamin keberhasilan pemberian ASI dan mencegah lecet atau retak pada putting susu.
Jelaskan pada ibu bagaimana memeluk bayi dan mulai menyusukan bayinya.
• Beritahukan pad ibu untuk memeluk bayinya secara lurus agar muka bayi menghadap ke payudara ibu dengan hidung bayi didepan putting susu ibu. Posisi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap perut ibu, ibu harus menopang seluruh tubuh bayi, tidak hanya leher dan bahunya
• Beritahukan ibu untuk mendekatkan bayinya ke payudara jika bayi tampak siap untuk menghisap putting susu. Tanda-tanda siap menyusu adalah bila bayi membuka mulut, mencari dan menoleh dan bergerakmencari sesuatu
• Tunjukkan pada ibu bagaimana membantu bayinya unutk menempelkan mulut bayipada putting susu
• Beritahukan pada ibu untuk;
o Menyentuhkan bibir bayi dengan putting susunya
o Menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar
o Mendekatkan bayi dengan cepat ke payudaranya sehingga bibir bawah bayi tepat dibawah putting susu
Nilai posisi menyentuhkan mulut bayi pada putting payudara dan cara menghisap.
Tanda-tanda bayi menempel dengan baik pada payudara adalah :
• Dagu menyentuh payudara ibu
• Mulut terbuka lebar
• Mulut bayi menutupi seluas mungkin areola (tidak hanya putting saja)
• Bibir bayi bagian bawah melengkung keluar
• Bayi menghisap dengan perlahan dan kuat, serta kadang-kadang berhenti
• Tidak terdengar suara apapun kecuali suara bayi menelan.

ad.5 PENCEGAHAN INFEKSI
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Saat melakukan penanganan bayi baru lahir, pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi sebagai berikut :




 Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi
 Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
 Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap pakai yang baru dan bersih.
 Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih.
 Pastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop, dan benda-benda lainnyan yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi, cuci, dan keringkan setiap kali setelah digunakan.

Upaya propilaksis terhadap gangguan mata
Bayi bisa diberi ASI dan bertemu dengan ibu dan keluarganya sebelum mendapatkan tetes mata profilaktik (larutan perak nitrat 1%) atau salep (salep tetrasiklin 1% atau salep mata eritromisin 0,5 %). Tetes mata atau salep antibiotic tersebut harus diberikan dalam waktu satu jam pertama setelah kelahiran. Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam satu jam pertama kehidupannya.
Teknik pemberian propilaksis mata :
 Cuci tangan dengan air sabun dan air bersih yang mengalir
 Jelaskan pada keluarga tentang apa yang akan anda lakukan, yakinkan mereka bahwa obat tersebut akan sangat menguntungkan bayinya.
 Berikan salep atau tetes mata dalam satu garis lurus, mulai dari sudut medial mata (dekat hidung bayi) menuju ke sudut lateral mata (dekat telinga bayi)
 Pastikan ujung mulut tabung salep atau tabung penetes tidak menyentuh mata bayi
 Jangan menghapus salep atau tetes mata dari mata bayi dan minta agar keluarganya tidak menghapus obat tersebut

Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir, lakukan hal-hal berikut :
• Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1mg/ hari selama tiga hari
• Bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5- 1 mg diberikan IM (intra muskuler)

ad.6 PEMBERIAN IMUNISASI
Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi dipulangkan ke rumah berikan immunisasi BCG, polio oral, dan hepatitis B.


b PERAWATAN LANJUTAN
Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apapun berikanlah asuhan sebagai berikut :
 Lanjutkan pengamatan pernafasan, warna, dan aktifitas bayi
 Pertahankan suhu tubuh bayi
• Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam dan hanya setelah itu jika tidak terdapat masalah medis dan jika suhunya 36,5 atau lebih
• Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus tertutup
 Pemeriksaan fisik bayi
• Lakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap. Saat memeriksa bayi baru lahir ingat butir-butir penting berikut :
 Gunakan tempat yang bersih dan hangat untuk pemeriksaan
 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi.
 Lihat, dengarkan dan rasakan tiap-tiap daerahdimulai dari kepala berlanjut secara sistematik menuju jari kaki.
 Jika ditemukan factor resiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut yang memang diperlukan
 Rekam hasil pengamatan (dan setiap tindakan yang jika diperlukan bantuan lebih lanjut)
 Identifikasi bayi
Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu dipasang segera pasca persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.
 Alat yang digunakan hendaknya kebal air dengan tepi yang halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
 Pada alat/ gelang identifikasi harus tercantum :
o Nama bayi dan ibunya
o Tanggal lahir
o Nomor bayi
o Jenis kelamin
o Unit
 Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.
 Sidik telapak kaki bayi dan sidikjari ibu harus dicetak di catatan yang tidak mudah hilang. Ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala,lingkar perut dan catat dalam rekam medis.
 Perawatan lain
 Ajarkan tanda bahaya bayi pada orang tua dan beri tahu orang tua agar merujuk bayi segera untuk perawatan lebih lanjut,jika ditemui tanda-tanda tersebut.
Tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir :
i. Pernafasan- sulit atau lebih dari 60 kali permenit
ii. Kehangatan- terlalu panas atau terlalu dingin (> 38 ºC atau < 36ºC)
iii. Warna – kuning (terutama pada 24 jam pertama),biru atau pucat,memar.
iv. Pemberian makan – hisapan lemah,mengantuk berlebihan,banyak muntah.
v. Talipusat – merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah.
vi. Infeksi – suhu meningkat,merah, bengkak, keluar cairan (nanah),bau busuk, pernafasan sulit.
vii. Tinja/ kemih – tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja.
viii. Aktifitas – menggigil, atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung,lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus menerus.
 Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi mereka dan perawata harian untuk bayi baru lahir :
 Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam) mulai dari hari pertama.
 Pertahankan agar bayi selalu dengan ibu
 Jaga bayi dalam keadaan bersih, kering dan hangat
 Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering
 Pegang, sayangi dan nikmati kehidupan bersama bayi
 Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu
 Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit/infeksi
 Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusu kurang baik


c PERAWATAN SEHARI-HARI
 Mata bayi harus selalu diperiksa untuk melihat tanda-tanda infeksi. Mata dapat dibersihkan dengan air steril, aqua destilata. Mata bayi yang ditutup oleh karena ia mendapat terapi sinar harus dibuka setiap kali bayi minum susu.
 Mulut diperiksa melihat kemungkinan infeksi dengan kandida (oral thrush). Kandidiasis merupakan suatu penyakit endemic di tempat perawatan bayi (infeksi dapat berasal dari ibu, bidan/perawat, botol/dot). Bila ditemukan hendaknya segera diobati dengan larutan gentian violet 1% yang baru dibuat atau dengan larutan nistatin yang langsung diteteskan ke mulut bayi.
 Kulit terutama lipatan-lipatan (paha, leher, belakang telinga, ketiak), harus selalu bersih dan kering. Bagian-bagian tersebut harus bersih dari verniks kaseosa oleh karena verniks kaseosa ini media yang paling baik untuk kuman stafilokokus.
 Tali pusat, pada umumnya tali pusat akan puput pada waktu bayi berumur 6-7 hari. Bila tali pusat belum puput maka setiap kali mandi tali pusat dicuci dengan air sabun dan dibersihkan serta dikeringkan.
 Kain popok harus segera diganti setiap kali basah karena air kencing atau tinja. Pantat bayi dibersihkan dengan air steril atau air bersih dan kemudian dikeringkan. Bila pantat selalu basah, kemungkinan lecet dan terjadi infeksi besar, bila ditemukan hal demikian, sebaiknya air pembersih pantat ditambah dengan zat anti septic yang dapat membunuh kuman gram negatif dan gram positif, kemudian diobati dengan salep yang mengandung antibiotik dan anti jamur (oleh karena tinja mungkin mengandung kandida dari mulut). Dalam keadaan ini sebaiknya suhu tubuh diukur diketiak atau dilipat paha.

d MEMANDIKAN BAYI
Tunda untuk memandikan bayi hingga sedikitnya enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama kehidupannya dapat mengarah pada kondisi hipotermia dan sangat membahayakan keselamatan bayi.saat melakukan persiapan untuk memandikan bayi, ikuti rekomendasi berikut :
 Tunggu sedikitnya enam jam setelah lahir, sebelum memandikan bayi,waktu tunggu menjadi lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermia
 Sebelum memandikan bayi, pastikan bahwa temperatur tubuh bayi telah stabil (temperatur aksila antara 36,5- 37 derajat selsius). Jika temperatur tubuh dibawah 36,5, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepalanya dan tempatkan bayi bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan kontak kulit langsung ibu dan bayi kemudian selimuti keduanya. Tunda waktu untuk memandikan bayi hingga temperatur tubah bayi tetap stabil setelah satu jam dilakukan observasi
 Jangan memandikan bayi yang mengalami masalah pernafasan
 Sebelum memandikan bayi, pastikan ruangan tersebut hangat dan tidak ada hembusan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti bayi setelah dimandikan
 Mandikan bayi secara cepat dengan air yang bersih dan hangat
 Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering
 Ganti handuk yang basah dan segera selimuti kembalibayi dengan kain atau selimut bersih dan kering secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi ditutupi dengan baik (bayi dibaringkan dalam dekapan ibunya dan diselimuti dengan baik)
 Tempatkan bayi ditempat tidur yang sama dengan ibunya dan anjurkan ibu untuk menyusui bayinya.
Tujuan memandikan bayi
1. membersihkan kulit tubuh bayi dari sisa-sisa lemak tubuh
2. merangsang peredaran darah
3. memberi rasa segar dan nyaman
4. mencegah terjadi infeksi tali pusat

Persiapan
Alat :
1. meja mandi
2. handuk mandi
3. popok besar/handuk untuk alas mandi
4. washlap,minimal 2 buah
5. kapas lembab pada tempatnya
6. kapas kering pada tempatnya
7. baby oil
8. ember tertutup untuk pakaian kotor
9. perlengkapan pakaian bayi
10. dua Waskom berisi air bersih yang hangat

Petugas :
1. masker
2. pakaian khusus/ scort

Cara memandikan bayi :
 Petugas memakai masker dan pakaian khusus, pintu, jendela ditutup dan petugas cuci tangan.
 Bayi diangkat ke meja mandi dan letakan pada posisi yang aman
 Pakaian bayi dibuka
 Mata bayi dibersihkan dengan kapas pelembab
 Telinga dan sekitarnya dibersihkan
 Muka dilap dengan waslap (tidak memakai sabun) kemudian dibersihkan
 Kepala bayi diatas tangan kiri penolong dibersihkan dengan sabun dan dibersihkan kembali dengan air bersih
 Bersihkan daerah leher, ekstrimitas, dada, punggung, terakhir genetalia dengan memakai waslap dan sabun kemudian dibersihkan dengan waslap
 Masukkan bayi kedalam waskom yang sudah berisi air hangat kuku (suhu airkira-kira 35- 36) kemudian bersihkan seluruh tubuh bayi
 Angkat bayi dari waskom mandi kemudian keringkan badannya.
 Talipusat dirawat
 Pakaian dipasangkan

e ROOMING IN
Rooming in atau rawat gabung adalah suatu system perawatan dimana bayi serta ibunya dirawat dalam satu unit.

Tujuan rawat gabung :
• Bantuan emosional
Setelah menunggu selama 9 bulan dan setelah lelah dalam proses persalinan ibu akan sangat bahagia bila dekat dengan bayinya. Hubungan kedua insane ini sangat penting untuk saling mengenal, terutama pada hari- hari pertama setelah persalinan. Bayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara ibu, kelembutan dan kasih sayang ibu (bonding effect)
• Penggunaan ASI
ASI adalah makanan terbaik bayi. Produksi ASI akan lebih cepat dan lebih banyak bila dirangsang sedini mungkin dengan cara menetekkan sejak bayi lahir hingga selama mungkin.
• Pencegahan infeksi
Pada tempat perawatan bayi dimana banyak bayi disatukan, infeksi silang sulit dihindari. Dengan rawat gabung lebih mudah mencegah infeksi silang. Bayi yang melekat pada kulit si ibu akan memperoleh transfer antibody dari si ibu. Kolustrum yang mengandung antibody dalam jumlah tinggi, akan melapisi seluruh permukaan kulit dan saluran pencernaan bayi, dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai kekebalan yang tinggi. Kekebalan iniakan mencegah infeksi terutama pada diare.
• Pendidikan kesehatan
Kesempatan melaksanakan rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu, terutama primipara. Bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi, merawat talipusat, perawatan payudara dan nasehat makanan yang terbaik untuk ibu.
Pelaksanaan rawat gabung :
 Di poliklinik kebidanan
Memberikan penyuluhan mengenai kebaikan ASI dan rawat gabung, memberikan penyuluhan mengenai : perawatan payudara, makanan ibu nifas, perawatan bayi dan lain-lain.
 Di kamar bersalin
Bayi yang memenuhi syarat perawatan bergabung dilakukan perawatan bayi baru lahir seperti biasa. Kriteria bayi untuk dapat dirawat gabung dengan ibunya adalah :
• Nilai apgar lebih dari 7
• Berat badan lebih dari 2500 dan kurang dari 4000 gram
• Masa kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu)
• Lahir spontan, presentasi kepala
• Tanpa infeksi intra partum
• Ibu sehat
 Di ruang perawatan
Bayi diletakan di dalam tempat tidur bayi yang di tempatkan di samping tempat tidur ibu. Pada waktu berkunjung bayi dan tempatnya dipindahkan ke ruangan lain, perawat harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat dikenali keadaan-keadaan yang tidak normal serta kemudian melaporkan kepada dokter jaga, bayi boleh menyusu sewaktu ia menginginkan, bayi tidak boleh diberi susu botol. Bila ASI kurang boleh menambah air putih atau susu formula dengan sendok.
 Di ruang follow up
Pemeriksaan diruang follow-up meliputi pemeriksaan bayi dan keadaan ASI. Aktifitas diruang follow up : menimbang berat badan bayi, anamnesis mengenai makanan yang diberikan, keluhan yang timbul, mengecek keadaan ASI, memberi pendidikan kesehatan, dan lain-lain.

Syarat rawat gabung :
Pada prinsipnya syarat rawat gabung adalah dimana si ibu mampu menyusui dan si bayi mampu untuk menyusu. Kemampuan si ibu untuk menyusui dimulai dengan keinginan atau kesediaan ibu yang berupa motivasi si ibu sendiri untuk menyusui. Dari pihak si bayi kemampuan menyusu dinilai dari fungsi kardiorespiratorik, reflek menghisap, dan fungsi neurologik yang baik.

Kontra indikasi rawat gabung :
 Pihak ibu
 Fungsi kardiorespiratorik yang tidak baik
 Eklamsi dan pereklamsi berat
 Penyakit imfeksi akut dan aktif
 Karsinoma payudara
 Psikosis
 Pihak bayi
 Bayi kejang
 Bayi yang sakit berat
 Bayi yang memerlukan observasi atau terapi khusus
 Berat badan lahir sangat rendah
 Cacat bawaan
 Kelainan metabolic dimana bayi tidak dapat menerima ASI


f KEBUTUHAN CAIRAN / NUTRISI ASI / PASI
Kebutuhan cairan pada tiap-tiap bayi untuk mencapai kenaikan berat badan yang optimal berbeda-beda. Oleh sebab itu pemberian cairan pada bayi yang daya isap dan menelannya baik hendaknya on demand. Pada umumnya cairan yang diberikan pada hari pertama sebanyak 60 ml/ kg bb sehari dan setiap hari ditambah, sehinggga pada hari ke 14 dicapai 200 ml/ kg bb sehari. Dalam hari-hari pertama berat badan akan turun oleh karena pengeluaran mekoneum dan masuknya cairan belum mencukupi. Turunnya berat badan tidak lebih dari 10 %, berat badan akan naik lagi pada hari ke 4 sampai hari ke 10 dan seterusnya.